Rabu, 31 Maret 2010

Tambang Galian C Resahkan Warga Prabumenang

0 komentar
SELANGIT–Warga Desa Prabumenang, Kecamatan STL Ulu Terawas, mengaku resah dengan beroperasinya tambang galian C di desa mereka. Pasalnya, warga khawatir pihak penambang mengalihkan aliran sungai hingga mendekati daratan yang dapat mengancam lahan warga. Karena dengan pemindahan aliran sungai itu dikhawatirkan menyebabkan erosi.

“Akibat beroperasinya tambang galian C membuat jarak lahan kebun kami tinggal 3 meter hingga 5 meter dari bibir sungai. Sebab penambang mengeruk pulau dan memindahkan aliran sungai ke arah kebun kami,” kata Sidik, salah seorang pemilik lahan kebun di Desa Prabu Menang, Selasa (30/3).

Padahal, lanjut Sidik, sebelum beroperasinya tambang galian C di sana jarak aliran sungai dengan lahan kebun miliknya mencapai 50 meter. “Dengan makin dekatnya jarak sungai dengan lahan kami dikhawatirkan terjadi erosi. Apalagi jika terjadi banjir,” kata Sidik.

Masih kata dia, tambang galian C di Sungai Lakitan Kecamatan Selangit, beberapa waktu lalu sudah dilarang oleh Bupati Mura untuk beroperasi. Apalagi jika menggunakan alat berat seperti dilakukan penambang saat ini, sangat berpotensi merusak lingkungan dan ekosistem di Sungai Lakitan.

“Kami berharap pemerintah memperhatikan keluhan kami atau dicarikan solusi agar penambang bisa beroperasi. Namun, rakyat tidak dirugikan dan lingkungan tidak rusak,” kata Sidik.

Sementara itu, Camat Selangit, A Rahman menjelaskan bahwa pihaknya sudah tahu ada tambang galian C beroperasi di wilayah kerjanya. Menurutnya, pihak penambang sudah mengantongi izin dari Dinas Pertambangan dan Energi Mura.
“Kita tidak bisa melarang orang mau berusaha apa lagi mereka sudah mempunyai izin,” katanya.
Dilanjutkan Rahman, kerusakan alam akibat galian C merupakan wewenang dan tangung jawab Badan Lingkungan Hidup (BLH). Diakuinya, dalam hal perizinan serta teknis pihaknya tidak bertanggung jawab, karena hal tersebut sepenuhnya tanggung jawab Distamben. “Yang jelas usaha galian C dapat menghasilkan PAD bagi Kabupaten Mura,” kata Rahman.(11)

Bupati Desak SKPD Proaktif Selesaikan Sengketa HTI

0 komentar
MUSI RAWAS-Bupati Musi Rawas (Mura), Ridwan Mukti menegaskan kepada Dinas Kehutanan serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi proaktif menyelesaikan sengketa Trans HTI.

Bupati menargetkan dalam jangka waktu 14 hari semua data dibutuhkan Dishut Sumsel dan Pusat dipenuhi Dishut Mura dibantu dinas terkait lainnya.
“Jika masalah dana kita siap support karena selama ini saya terlalu sering memberikan data kepada provinsi. Jadi apa kerjanya jika selalu meminta-minta data,” kata bupati.

Selain itu, ia menyebutkan pihaknya membantu Pokja dua menteri akan turun ke Trans HTI bersama Komisi I dan FPR (Front Perlawan Rakyat) guna melakukan investigasi. Serta pengumpulan data dalam rangka penyelesaian masalah ini secepat mungkin.

Sementara itu FPR selaku pendamping warga Trans HTI menyayangkan pada saat tim pokja menteri turun ke lokasi Trans HTI tidak didampingi camat dan unsur Muspida. Bahkan lima Kades dari enam Kades yang mempermasalahkan lahan tidak menampakkan diri setelah ada pertemuan.

Jelas ini menjadi pertanyaan, padahal bupati sudah menginstruksikan SKPD dan jajarannya mendukung pengumpulan data dan investigasi dilakukan Pokja dan Komisi I.
Menurut Andre Novanto, Ketua Divisi Hukum dan HAM FPR, penyataan bupati tidak didukung data Dishut, Transmigrasi juga Bappeda tidak kooperatif mendukung kerja bupati.(11)

Kolam Deras Menghambat Pengairan ke Sawah

0 komentar
PURWODADI–Petani di Kecamatan Purwodadi mengeluhkan pengairan ke sawah mereka kurang lancar. Penyebabnya tak lain karena pengaruh dari kolam deras.
Salah seorang warga Kelurahan Purwodadi, Wasito mengatakan, pengairan irigasi sawah memang kurang lancar. “Kami hanya mengandalkan air hujan, kalau di musim kemarau sangat susah bagi para petani di sini,” kata Wasito, kemarin (30/3).

Wasito menambahkan, sulitnya pengairan irigasi karena air terbagi oleh pengelola kolam deras. Sehingga banyak yang terbuang berdampak pada pengairan di sawah.
Dikatakan Parmin, petani Desa F Trikoyo, Kecamatan Tugumulyo, masalah pengairan yang sering tidak lancar disebabkan banyaknya kolam air deras.

“Sebab air kolam tidak seluruhnya lari ke pengairan sawah. Kesulitan ini sudah sering kami ajukan melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) baik ke penyuluh pertanian maupun Dinas PU Pengairan. Tapi hingga kini belum ada penyelesaiannya,” kata Parmin.

Di lain tempat, Momon Katma, Ketua Unit Pelaksana Teknis (KUPT) Badan Pertanian Kecamatan Tugumulyo membenarkan masalah pengairan petani sudah lama tersendat-sendat sejak adanya kolam air deras. Karena pembuangan dari kolam air deras tidak seluruhnya kembali ke sawah petani.

“Seharusnya air yang masuk misalnya 10 pembuangannya juga 10, tetapi kenyataannya berkurang 10 pembuangannya 7. Semestinya kembali seperti semula,” kata Momon.(14)

Ridwan Mukti: Jalan Rusak Bakal Diperbaiki

0 komentar
Dalam 10 Hari Kedepan
MUSI RAWAS–Bupati Musi Rawas (Mura), Ridwan Mukti berjanji dalam waktu 10 hari kedepan Pemkab Mura melalui dinas instansi terkait memperbaiki jalan rusak.

“Kalau 10 hari kedepan hujan reda maka seluruh jalan di kabupaten segera diperbaiki,” kata Ridwan Mukti saat pertemuan dengan Forum Adat Kabupaten Mura di Auditorium Pemkab, Selasa (30/3).

Ridwan Mukti juga mengajak peran serta ulama, umaroh dan pemuka adat berperan aktif mewujudkan Mura Darussalam. “Apabila tiga pilar ini aktif dan berperan mendukung program besar Kabupaten Mura kedepan akan lebih beradab,”imbuhnya.

Nah, untuk mewujudkan itu dibutuhkan dukungan penuh SKPD untuk memfasilitasi tumbuh kembangnya lembaga adat Kabupaten Mura untuk mengadakan pertemuan sebulan sekali di setiap kecamatan. Serta setiap enam bulan sekali diadakan pertemuan dengan bupati.

Ia meneruskan membangun Mura Darussalam maka forum adat mempunyai peran besar menginformasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Diantaranya tiga agenda besar pembangunan Kabupaten Mura, yakni mewujudkan Mura Darussalam, Bumi Agropolitan serta Mura pintu gerbang investasi sektor barat.

Untuk itu diharapkannya kepada masyarakat serta pemuka adat menyampaikan informasi infrastruktur rusak, serta persoalan adat langsung kepada bupati melalui SMS langsung kepada dirinya.

Ridwan Mukti menyatakan saat ini Pemkab Mura terus berupaya berbenah karena pada 10 April 2010, Bandara Silampari mulai beroperasi untuk penerbangan regular Jakarta-Lubuklinggau. “Hal ini lebih memperkenalkan Mura sebagai kota terbesar kedua di Sumsel. Serta memberikan dampak peningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten Mura,” jelasnya.(11)

Selasa, 30 Maret 2010

1000 Pelanggan PLN Tugumulyo Nunggak

0 komentar
Dominan Membayar Tanggal 15
TUGUMULYO–Penunggak rekening listrik di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura) cukup banyak. Hingga Maret 2010, tercatat 1000 pelanggan dari 17 ribu pelanggan menunggak pembayaran setiap bulan.

Alasannya, warga kecamatan ini lebih dominan membayar tagihan listrik setiap tanggal 15 setiap bulannya. Menurut M Yunus, Staf Kantor Jaga PLN Tugumulyo Ranting Muara Beliti membenarkan penyebab masyarakat Tugumulyo dan sekitarnya sering terlambat dalam pembayaran karena penghasilan mereka mayoritas petani.
“Sehingga penghasilan warga ini tidak bisa ditentukan awal bulan, kecuali mereka itu PNS,” jelas Yunus, Senin (29/3).

Menyikapi masalah ini, lanjut dia, pihaknya sering memberikan arahan kepada masyarakat dalam pembayaran tidak melebihi batas waktu pembayaran, yaitu tanggal 1 hingga 20 setiap bulan.

“Pelanggan dalam pembayaran melewati tanggal tersebut dikenakan denda. Ketentuannya sebulan menunggak Rp 3000 lalu bulan kedua Rp 6000 dan bulan ketiga Rp 9000. sementara nunggak bulan seterusnya tetap sebesar Rp 9000,” jelas Yunus.
Ditanya jumlah pelanggan, Yunus mengatakan, sudah mencapai 17 ribu pelanggan. Sedangkan omzetnya sekarang mencapai Rp 950 juta dari tiga kecamatan, diantaranya Kecamatan Tugumulyo, Purwodadi, dan Sumberharta.

“Dari jumlah pelanggan kantor jaga PLN Tugumulyo sudah melebihi target ranting, rencananya kami juga akan membuka lagi kantor jaga di Kecamatan Purwodadi,” jelas Yunus.(14)

Dua Desa di Muara Kelingi Gelar Pilkades

0 komentar
MUARA KELINGI–Pada 2010, dua desa di Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas (Mura), menggelar Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Dua desa tersebut adalah Lubuk Muda merupakan desa pemekaran Lubuk Tua serta Desa Tanjung.
“Sekarang baru Desa Lubuk Muda sedang melakukan persiapan pembentukan kepanitiaan Pilkades,” kata Camat Muara Kelingi, Musadik Nanguning kepada koran ini, Senin (29/3).

Musadik juga menyatakan pihaknya kini sedang mengusulkan ke BPMD yang nanti menjadi Pjs Kades Lubuk Tua. Agar proses Pilkades lancar hingga pemerintahan desa terus berjalan. “Sedangkan untuk Desa Tanjung masih dalam tahap persiapan pelaksanaan, direncanakan pertengahan tahun ini segera terlaksana,” papar Musadik.

Selain persiapan Pilkades di dua desa, pihaknya sekarang sedang mempersiapkan pelantikan dua kades terpilih, yaitu Kades Jambu Rejo dan Kades Lubuk Tua. Direncanakan pelantikannya digabung dengan pelantikan Kades di Kecamatan Tugumulyo.
Musadik menjelaskan, pelantikan tahap pertama hanya Desa Jambu Rejo, Kecamatan Sumberharta digabung dengan Desa Margasakti, Air Satan serta Petran Jaya. Sekarang rencana pelantikan masih digodok BPMD untuk waktu serta tempat pelaksanaan pelantikan.

Diakuinya, pihaknya ingin pelantikan Kades diadakan di Muara Kelingi tetapi kecamatan lain ingin menyelenggarakan pelantikan Kades tersebut. “Maka kami meyerahkan sepenuhnya kepada pihak BPMD untuk menentukan letak dan lokasinya,” imbuh Musadik.(11)

Jalan Poros Desa Srimulyo Memprihatinkan

0 komentar
STL ULU TERAWAS– Masyarakat Desa Srimulyo keluhkan jalan Dusun 2 Pematang menuju Dusun 4 dengan lebar lebih kurang 3 meter rusak parah.
Saisar, warga Desa Srimulyo kepada wartawan koran ini Senin (29/3) mengatakan, jalan itu merupakan jalan poros yang dilewati warga beberapa desa dan jalur keluar desa.

“Dengan kondisi jalan rusak parah menyulitkan pengendara melintas. Jalan itu juga dilewati mobil pengangkut karet sehingga menghambat,” kata Saisar.
Darwis warga yang sama mengatakan, kondisi jalan ini sudah rusak sejak 2004 silam. Dan sudah dua kali diusulkan kepada pemerintah yang bersangkutan melalui Kades. “Tapi belum ada tanggapan sampai saat ini,” kata Darwis.

Darwis menambahkan, kondisi jalan itu sangat perlu diperbaiki, karena rusaknya sangat parah sampai tidak terlihat koral yang lama. “Kalau di musim hujan sangat menyulitkan dilewati kendaraan, “ ucap Darwis. “Harapan kami jalan itu mendapat perhatian oleh pemerintah yang bersangkutan demi kenyamanan masyarakat yang melintas,” pungkasnya.(14)

Masyarakat Terawas Keluhkan Lampu Jalan Padam

0 komentar
STL ULU TERAWAS–Sejumlah warga Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, mempertanyakan lampu jalan yang padam sejak awal pemasangan. Sutris warga Desa Sukakarya mengatakan, lampu jalan yang dipasang itu hanya pajangan saja.

“Lampu jalan itu sangat mubazir dipasang. Untuk apa dipasang kalau tidak dinyalakan, padahal kalau cepat dihidupkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai penerangan jalan terutama yang berkendaraan,” kata Sutris, Senin (29/3).

Sutris menambahkan, keinginan warga cepat dihidupkan supaya ada kenyamanan, hingga membantu dalam penerangan pada malam hari. Setidaknya mengurangi kecelakaan, apalagi sekarang banyak kendaraan yang tidak berlampu yang sering kebut-kebutan. “Kalau ada lampu jalan tidak terlalu membahayakan,” ucap Sutris.

Warga di sini, sambung dia, sudah sering mengusulkan melalui Kades agar lampu jalan bisa menyala demi kemaslahatan masyarakat dalam penerangan.
Terpisah, Kades Sukakarya, Suryoto membenarkan keluhan warga terkait lampu jalan padam sejak awal dipasang. “Pemasangan itu sejak Desember 2008, kurang lebih setahun hingga sekarang belum dihidupkan,” papar Suryoto.

Ia menjelaskan, sebagai Kades sangat menyayangkan sekali lampu jalan padam, sebab mubazir saja kalau tidak dihidupkan. “Dari keluhan warga sudah beberapa kali saya usulkan kepada Pemkab, tetapi belum ada realisasinya,” kata Suryoto.(14)

Senin, 29 Maret 2010

Jalan ke Mardiharjo Tak Diselesaikan Pelaksana

0 komentar

TIDAK SELESAI: Jalan Kelurahan O Mangunharjo dikeluhkan warga karena tidak selesai dikerjakan pelaksana





Dipersoalkan Masyarakat
PURWODADI–Sejumlah warga RT 01 Kelurahan O Mangunharjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas (Mura), mengeluhkan jalan desa menghubungkan ke Desa PI Mardiharjo dikerjakan tidak selesai. Akibatnya, hingga saat ini jalan lingkungan itu masih berupa jalan tanah dan belum ditingkatkan.

“Jalan di RT 01 mendapatkan pembangunan pada 2009 lalu tetapi jalan itu hanya dikerjakan sebagian saja. Sementara 1 km hingga batas Desa PI Mardiharjo tidak dikerjakan pelaksana,” kata Febri, warga O Mangunharjo pada koran ini, Sabtu (27/3).

Dilanjutkan Febri, jalan penghubung desa tersebut merupakan akses utama warga PI serta masyarakat lainnya disamping jalan itu memang merupakan jalan usaha tani. Sehingga jalan tersebut dijadikan jalan pintas menuju Kecamatan Tugumulyo.

“Warga di sini minta pemerintah segera membangun jalan desa karena dananya sudah dianggarkan. Sebab kondisi jalan itu pada saat musim penghujan sulit dilalui,” tambah Febri.

Di lain tempat, Jiman (40) mengatakan, ia pernah bertanya tidak sampainya pengerjaan jalan desa kepada kelurahan. Namun menurut penjelasan lurah tidak dilanjutkannya jalan tersebut karena kontraktor tidak mempunyai akses untuk mengangkut material bangunan.


“Buruknya jalan desa ini menyebabkan kami terisolir dan sulit meningkatkan perekonomian di sini,” ucap Jiman.(11)

300 Warga MS Terserang ISPA

0 komentar
Selama Dua Bulan
MEGANG SAKTI–Dalam dua bulan terakhir Januari-Februari 2010, banyak warga Kecamatan Megang Sakti (MS) terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Sedikitnya 300 pasien datang berobat ke Puskesmas Megang Sakti.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (KUPT) Puskesmas Megang Sakti, Dewi Yanti mengatakan, selama dua bulan terakhir banyak pasien datang berobat ke Puskesmas, Pustu, dan Polindes. “Mereka diketahui terkena ISPA. Penyakit itu disebabkan pengaruh cuaca saat ini,” kata Dewi kepada koran ini, Sabtu (27/3).

Dewi menyebutkan, jumlah Pustu dibawah naungan Puskesmas Megang Sakti ada tujuh Pustu, yaitu Megang Sakti III, Megang Sakti IV, Jajaran Baru I, Jajaran Baru 2, Trisakti, Sumberejo, dan Mura Megang. “Sedangkan Polindes terdapat di setiap desa,” ucapnya.

Ditanya berapa banyak tenaga medis di Puskesmas tersebut, Dewi mengatakan, tenaga medis cukup. Karena sekarang Puskesmas memiliki satu dokter umum, dan 14 bidan diantaranya bidan desa 12 orang lalu 2 bidan Puskesmas. Sedangkan rata-rata jumlah pengunjung di Puskesmas per hari ada 15 orang.

Untuk sarana prasarana dan obat-obatan, Dewi menjamin sudah memadai. “Seperti ruang rawat inap juga Puskesmas keliling (Puskesling) sudah ada. Sementara Puskesling dilakukan sebulan sekali dengan ketentuan setiap tiga desa digilir,” jelas Dewi.

Mengenai pengobatan gratis, Dewi mengatakan, sesuai program Gubernur Sumsel dengan ketentuan diantaranya menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP), bagi pasien umum, kemudian Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (Jamkesmas) bagi masyarakat miskin.
Lalu kartu Askes bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Kalau semua itu ada baru dapat dilaksanakan pengobatan,” jelasnya.(14)

Tim Kemetrologian Kembali Sidak ke Pool Karet

0 komentar
MUARA BELITI–Setelah melakukan pengecekan timbangan di sejumlah pool karet di Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas (Mura), kini Tim Kemetrologian Disperindag Sumsel mendatangi pool karet di Kecamatan Megang Sakti. Sidak ini direncanakan berlangsung hari ini (29/3) dengan mengajak Tim Disperindagsar Kabupaten Mura.

Sebelumnya, Tim Kemetrologian Disperindag Sumsel merencanakan datang ke Megang Sakti, Jumat (26/3), tetapi batal karena tim memilih melakukan sidak ke kawasan Kota Lubuklinggau. Setelah itu tim mendatangi pool karet menuju Kecamatan Megang Sakti dengan memeriksa timbangan milik pengusaha bersangkutan apakah sudah ditera ulang atau belum.

Kasi Pengawasan dan Perlindungan Konsumen, Armansyah menjelaskan bahwa tim bakal memeriksa timbangan milik pool karet apakah sudah ditera ulang atau belum hingga didapatkan penjelasan dari mereka tentang tera ulang tersebut. “Sebelumnya tim akan memeriksa timbangan di pool karet yang ada di Megang Sakti, tetapi tidak dilakukan karena tim memeriksa timbangan di pool karet yang ada di Kota Lubuklinggau.

Direncanakan besok (hari ini) tim memeriksa timbangan di Kecamatan Megang Sakti. Setiap pool karet yang ditemui tim di jalan akan disidak oleh tim,” papar Armansyah, Minggu (28/3).

Dijelaskan Armansyah, apabila ditemukan timbangan pool karet itu tidak ditera ulang, maka Tim Kemetrologian segera melakukan tera ulang ditempat. “Maksudnya agar pemilik timbangan menyadari pentingnya tera ulang hingga mereka saat menimbang karet tidak menyalahi ketentuan sudah ditetapkan Disperindag,” kata Armansyah.
Ia menyebutkan, sidak dari Tim Kemetrologian Disperindagsar ini akan berakhir Selasa (30/3) sesuai jadwal telah ditetapkan.(06)

Monopoli Kolam Air Deras Rugikan Petani

0 komentar
PURWODADI–Monopoli kolam air deras di saluran irigasi utama untuk areal persawahan di Kelurahan O Mangunharjo dan Desa PI Mardiharjo, Kecamatan Purwodadi membuat petani merugi. Sehingga mereka hanya menanam sekali tanam dalam setahun.

“Kolam milik keluarga anggota dewan di pintu air di Desa M Sitiharjo Tugumulyo, merupakan irigasi utama areal persawahan di Kelurahan O Mangunharjo dan PI Mardiharjo,” kata Jiman, petani yang tinggal di Kelurahan O Mangunharjo, Sabtu (27/3).

Jiman menyatakan, petani di dua desa itu setiap musim tanam kesulitan air untuk mengaliri areal sawah mereka, karena kolam air deras menyalurkan air tidak mengembalikan air ke saluran irigasi. Namun dibuang ke sungai Mangunharjo.
Selain kesulitan air ratusan hektar sawah di dua desa terkendala karena ganasnya hama tungro. Serta hama tikus tidak dapat dikendalikan pada saat padi sedang menguning.

Diakuinya, serangan hama itu cukup mengkhawatirkan petani tetapi jika saluran air cukup lancar petani dapat segera mengolah lahan untuk ditanami kembali.
“Kendala utama petani di daerah ini kesulitan air, karena saluran irigasi tidak lancar,” keluh Jiman.

Pernyataan sama dikatakan Febri, warga O Mangunharjo. Akibat kesulitan air itu tanaman padi di arael sawah miliknya 1 hektar gagal tanam. Karena mudah terserang hama hingga menjadi kerdil.

“Kekurangan air ini terjadi sejak ada kolam air deras di saluran irigasi utama di Desa M Sitiharjo,” kata Febri, berharap pemerintah serius menyikapi persoalan ini. Karena hal itu dapat mengancam produksi padi di kawasan tersebut. Sebab, mereka hanya mampu menanam sekali musim tanam dalam setahun.

Sedangkan Gadiran, warga P1 Mardiharjo menyatakan petani di desanya hanya mampu menanam sekali tanam karena kekurangan air. “Selama ini saluran irigasi tidak lancar sejak adanya kolam air deras yang mengakibatkan puluhan hektar sawah kesulitan air. Sehingga menyebabkan musim tanam tidak menentu,” kata Gadiran.(11)

Jumat, 26 Maret 2010

foto lepas

0 komentar

F-Irhandi Kasmara/Linggau Pos
MENCARI IKAN : Salah seorang ibu sedang mencari ikan di pinggiran Sungai Musi. Foto diabadikan belum lama ini.

Usulan Pembangunan Jalan Dipenuhi 5 Km

0 komentar
Camat Sukakarya Kecewa
SUKA KARYA–Camat Sukakarya, Tarmizi mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur berdasarkan usulan Musrenbang 2009 diketahui Kecamatan Sukakarya hanya mendapat jatah pembangunan infrastruktu jalan sepanjang 5 km.

“Infrastruktur jalan yang diusulkan pada Musrenbang 2009 lalu banyak yang diakomodir, sehingga pada Musrenbang 2010 banyak diusulkan kembali,” katanya, kemarin (25/3).
Dilanjutkan Tarmizi, pihaknya mendapat usulan pembangunan infrastruktur jalan dari pihak desa mencapai 13 km yang membutuhkan pengerasan, karena jalan desa tersebut saat ini masih merupakan jalan tanah.

Jalan yang diusulkan, seperti peningkatan jalan Rantau Alih sepanjang 7 km. Kemudian jalan Desa Suka Rena 2 km dan jalan Desa Ciptodadi sepanjang 5 km.
Diungkapkannya, dalam usulan yang diajukan pada Musrenbang 2010 ini mayoritas menginginkan peningkatan infrastruktur jalan dan juga kelistrikan baik pembangunan jaringan maupun arus listrik.

Selain itu infrastruktur usulan yang diajukan desa agar pemerintah dapat lebih meningkatkan pembangunan dibidang sosial dan keagamaan.
Sementara itu, Andi (34), warga Kecamatan Sukakarya mengharapkan kepada pemerintah dapat memprioritaskan pembangunan yang diusulkan oleh pihak Kecamatan Sukakarya.

“Selama ini kami melihat minimnya pembangunan yang diterima Kecamatan Sukakarya. Hal itu menyebabkan beberapa desa yang ada masih merupakan desa terisolir,” katanya.
Dilanjutkannya, infrastruktur jalan merupakan prioritas utama peningkatan perekonomian masyarakat. Untuk itu jalan merupakan kebutuhan masyarakat yang sangat mendasar agar terlepas dari keterisoliran.(11)

Lampu Jalan di Tugumulyo Padam

1 komentar
TUGUMULYO–Warga Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura), minta lampu sepajang jalan utama di Kecamatan Tugumulyo dihidupkan kembali. Dengan alasan sudah lama padam.

Ujang, warga Desa A Widodo kepada wartawan koran ini, Kamis (25/3) mengatakan, sudah lama lampu jalan ini tidak kunjung dihidupkan diperkirakan sudah 6 bulan, kami mengaharapkan lampu jalan ini dinyalakan lagi, “ karena untuk malam hari sangat di butuhkan warga terutama yang berkendara,” ucap Ujang.

Ujang menambahkan, “ kalau malam hari tidak ada lampu jalan kayaknya kurang nyaman, masalah ini sudah kita usulkan kekantor PLN Cabang Tugumulyo, tapi tidak ada tanggapan sampai sekarang,” papar ujang.

Dikatakan juga Warsih, warga yang sama, lampu jalan ini mati setelah bulan puasa kemarin sampai sekarang, dan warga disini sempat mengeluhkan masalah lampu jalan, “ karena sepanjang Jalan utama Kecamatan Tugumulyo mulai dari Desa Ketuan Kota lubuklingau itu padam, “ kata Warsih

Warsih menambahkan, kalau lampu jalan hidup itu manfaatnya banyak, apalagi di kecamatan Tugumulyo ini warganya sudah ramai, jadi sudah banyak kedaraan yang lalu lalang melintas, dan biar kelihatanya juga nyaman,” ucap Warsih.

“Dari keluhan ini warga juga sudah banyak yang mengusulkan ke kantor PLN cabang tugumulyo, supaya minta di hidupkan kembali,” kata Warsih.
sedangkan, M. Yunus, stap kantor Jaga Tugumulyo Ranting Muara Beliti mengatakan warga sudah banyak yang lapor tentang lampu jalan dan warga minta dihidupkan kembali,” kata Yunus.
Dari laporan warga itu kami arahkan agar mengajukan ke Pemerintah daerah (Pemda) dan Dinas Pertambangan dan energi. “Karena itu bukan wewenang kami, kami hanya menyalurkan energinya saja,” jelasnya.(14)

Sukses Berkat Kerjasama Tim

0 komentar
LUBUKLINGGAU–Keberhasilan Kafilah Kecamatan Lubuklinggau Barat I menjadi juara umum MTQ ke-7 tingkat Kota Lubuklinggau tidak terlepas dari tangan dingin Kepala KUA Lubuklinggau Barat, H Markati Anang Cik. Berkat didikan serta pengarahan dari Markati, sapaan pria supel ini membuat kafilah yang berjumlah 31 orang berhasil merebut gelar bergengsi memenangi MTQ tingkat Kota Lubuklinggau.

Dijelaskan jebolan Ponpes Sri Bandung OKI pada 1983 yang menyelesaikan SI di IAIN Raden Fatah Palembang, keberhasilan ini tak terlepas dari kerja keras tim bersama-sama membina para qori dan qoriah hingga menjadi yang terbaik. “Kami berusaha membina serta membimbing para qori dan qoriah agar berhasil pada MTQ tingkat Kota Lubuklinggau hingga menjadi juara umum. Sebelum mengikuti MTQ itu sendiri kami melakukan training centre (TC) bagi para qori selama tujuh hari di kantor KUA serta Masjid Al Falah di Kelurahan Pelita Jaya,” papar suami Hj Nurbaiti, yang mengucap syukur atas kemenangan kafilah Kecamatan Lubuklinggau Barat I.

Ia sendiri yakin dengan pembimbing yang berpengalaman dibidang pemahaman Al Quran, misalnya, Hasan Basri (Qori) dan Ustadz Amrillah (Kaligrafi), maka hasil yang dicapai pada MTQ begitu memuaskan.

Alhasil pada MTQ ini kafilah Lubuklinggau Barat I berhasil mengumpulkan sembilan medali emas, dan menyingkirkan rivalnya dari kecamatan lain di Kota Lubuklinggau. Markati sendiri mengaku tanpa dukungan camat Lubuklinggau Barat I, juga para staf dan kafilah tentu sulit menggapai prestasi yang membanggakan tersebut. “Saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah mendukung kami hingga berhasil menjadi juara umum MTQ.

Sekarang ini kita juga memperhatikan keberadaan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) di kelurahan yang sekarang berjumlah 12 TPA. Kami berharap dengan berjalannya kegiatan di TPA dapat membuat anak-anak yang ingin belajar Al Quran menjadi makin baik pada tahun mendatang,” harap Markati.

Ia sendiri hanya ingin Pemkot Lubuklinggau membentuk Lembaga Pembinaan Al Quran (LPQ) agar pemahaman terhadap Al Quran di kalangan generasi muda terus meningkat. “Serta saat pelaksaan MTQ tingkat Kota Lubuklinggau nantinya tak ditemukan lagi peserta yang ngebon dari luar daerah. Semua asli dari kecamatan yang mengirimkan pesertanya untuk ikut MTQ dengan fair,” harap Markati.(06)

Poskamling Kembali Diaktifkan

0 komentar
STL ULU TERAWAS–Keamanan melalui Poskamling desa kembali diaktifkan di Kecamatan STL Ulu Terawas. Hal ini demi keamanan tindak kejahatan penodongan dan pencurian.

Camat STL Ulu Terawas, Yudi Fachriansyah dikonfirmasi melalui Kepala Bagian Ketentraman dan Ketertiban (Tantrib), Ansori didampingi Staf Trantib, Agus Purwanto, kepada wartawan koran ini, Rabu (24/3) mengatakan, masalah pelaku tindak kejahatan penodongan dan pencurian di Kecamatan STL Ulu Terawas sudah berkurang dari tahun sebelumnya.

Agus Purwanto menambahkan, warga kembali mangatifkan Poskamling di desa-desa dan setiap RT ada Poskamling jaga. “Bagi warga yang mempunyai jadwal jaga, sampai tiga kali bolos kami berikan teguran,” kata Agus.

Selain itu juga Agus mengatakan, untuk masalah pesta malam di Kecamatan STL ULU Terawas sudah ditertibkan sejak 2007 lalu. Dan apabila ada warga yang membangkang pihaknya langsung meninjau dan memberhentikannya. “Untuk masalah ini kami bekerjasama dengan Kapolsek STL Ulu Terawas,” ucap Agus.

Ditanya masalah bimbingan sosialisasi, Agus mengatakan, untuk bimbingan dilakukan sosialisasi setiap sebulan sekali dengan mengumpulkan perangkat desa. Sementara jumlah desa di Kecamatan STL Ulu Terawas ada 12 desa satu kelurahan.
“Poskamling yang berada di setiap desa sudah diaktifkan. Mengenai penjagaan dilakukan secara bergilir seminggu sekali,” jelasnya.(14)

Kamis, 25 Maret 2010

Tanggul Air Deras Rusak Parah

0 komentar
STL ULU TERAWAS–Masyarakat Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas (Mura) mengeluhkan tanggul irigasi air deras sudah rusak parah. Pasalnya, apabila tak juga diperbaiki bisa mengakibatkan banjir hingga memerlukan perbaikan dari dinas instansi terkait.

Salah seorang warga Sukakarya, Wasito kepada wartawan koran ini, Rabu (24/3) mengatakan, kalau musim hujan air sungai Deras meluap dan membanjiri Desa Sukakarya serta areal sawah petani. “Sehingga ketika mau panen kalau hujan turun membuat sawah menjadi terendam. Serta membuat panen kami menjadi gagal,” kata Wasito.

Ia menambahkan, penyebabnya memang tanggul irigasi air deras sudah dalam kondisi rusak hingga saat hujan air membanjiri perkampungan dan sawah. “Apalagi musim hujan saat ini sering sekali sawah kami kebanjiran,” papar Wasito.

Terpisah, Kades Sukakarya, Suyoto menyatakan tanggul irigasi air deras memang perlu diperbaiki. Sebab kondisi fisik bangunan sudah banyak yang rusak. Ditambah lagi saat datang hujan selalu membanjiri perkampungan.

“Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2004 lalu sehingga setiap tahun kalau hujan turun, desa berikut persawahan Sukakarya kebanjiran. Persoalan ini sudah kami laporkan ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Mura, tapi sampai sekarang belum ada realisasinya,” jelas Suyoto berharap ada perhatian dari pemerintah mengenai masalah dialami para petani. Sebab, Desa Sukakarya merupakan desa wisata yang dekat dengan Bukit Cogong. Serta menjadi tempat bumi perkemahan Pramuka.(14)

Desa Anyar Belum Miliki Kantor Desa

0 komentar
MUARA LAKITAN–Masyarakat Desa Anyar, Kecamatan Muara Lakitan mengusulkan kepada Pemkab Mura agar membangun kantor desa. Sebab, hingga kini desa tersebut belum memiliki kantor serta balai desa.

“Kegiatan pelayanan masyarakat serta menjalankan pemerintahan terpaksa dilakukan di rumah kepala desa,” kata tokoh masyarakat Desa Anyar Burhan (55), Rabu (24/3).
Dilanjutkan Burhan, belum adanya kantor desa itu menyebabkan masyarakat cukup kesulitan berurusan dalam hal bidang pemerintahan maupun dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di desa.

Hal ini disebabkan masyarakat merasa sungkan berurusan dan merembug permasalahan yang dihadapi, sebab mereka tidak memiliki fasilitas. Untuk itu dengan minimnya fasilitas infrastruktur menyebabkan desa mereka tergolong desa terisolir. Hal ini didukung dengan kondisi jalan desa yang saat ini hanya mendapatkan pengerasan koral yang sudah berubah menjadi jalan lumpur.

Untuk keluar masuk desa mereka masih terkendala, karena belum selesainya jembatan yang melintasi Sungai Musi sebagai penghubung Desa Anyar dengan Desa Muara Renggas yang dibangun sejak dua tahun lalu. “Kalau warga menyeberangi Sungai Musi menambah biaya Rp 5.000 untuk naik motor. Sedangkan naik mobil harus membayar Rp 10.000,” paparnya.(11)

Bulog Targetkan Serap Beras Lokal 1.600 Ton

0 komentar
MUSI RAWAS–Kantor Seksi Logistik Musi Rawas (Mura) dan Lubuklinggau menargetkan mampu menyerap beras petani lokal 1.600 ton. Caranya melalui rencana pengadaan 2010 ini. Target tersebut lebih rendah dibanding target penyerapan pada 2009 lalu sebanyak 6.000 ton.

Kepala Kantor Seksi Logistik Mura-Lubuklinggau, Meizarani didampingi Staf Operasional, Joko Susilo mengatakan, penurunan target penyerapan 2010, berdasarkan pertimbangan bahwa di Mura relatif sulit mendapatkan beras petani lokal.

Karena, beras petani banyak diminati pembeli dari luar daerah, seperti Jambi, Bengkulu hingga Sumbar. Dengan banyaknya peminat maka harga dipasaran bersaing. Akibatnya, harga pasaran cenderung lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP).

“Tapi 2010, berdasarkan Inpres No.7 Tahun 2009, HPP ditingkatkan menjadi Rp 5.060 per kg, dari tahun sebelumnya Rp 4.600 per kg. Dengan kenaikan HPP diharapkan tahun ini penyerapan bisa melebihi target, atau lebih banyak dibandingkan 2009 lalu yang hanya terserap 1.980 ton,” kata Meizarani.

Dilanjutkannya, penyerapan beras direncanakan mulai awal April 2010 dan sekarang ada empat mitra kerja Bulog bekerjasama dengan Kansilog setempat untuk pengadaan beras. Yaitu Kelompok Tani Suka Tani, PD AKS, UPGB dan Rice Milling Unit (RMU) Jaya Putra. “Mitra kerja ini masih diverifikasi,” katanya

Sementara itu, Ali Handoko, Koordinator Kumpulan Tani Kabupaten Mura menyambut baik upaya pemerintah membeli beras petani karena dapat menekan permainan harga dilakukan tengkulak.

“Hendakanya Bulog meyerap beras petani pada saat masa panen, karena pada saat itu harga beras petani dibawah standar,” katanya.(11)

Pasar B Srikaton Layak Direhabilitasi

0 komentar
TUGUMULYO–Pasar tradisional B Srikaton di Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura), sudah layak direhabilitasi. Karena bagian dalam pasar sudah sesak dengan pengaturan blok jualan masih kurang teratur.

Kepala pasar B Srikaton, Andika kepada wartawan koran ini, Rabu (24/3) mengatakan, suasana pasar B Srikaton sudah sesak sehingga perlu adanya perbaikan. Ditambah lagi terminal masih bergabung dengan pasar.

“Tempat berjualan juga belum teratur masih banyak menumpuk di bagian dalam dan luar. Karena pedagang kebanyakan mencari tempat yang ramai pembeli,” jelas Andika.
Ia menyebutkan, saat ini jumlah kios di pasar B Srikaton ada 370 kios diantaranya 70 kios depan dan 300 kios di bagian belakang. Sementara angkutan desa (Angdes) yang ngetem di lokasi pasar setiap hari ada 10 Angdes. Sedangkan untuk angkutan kota (Angkot) ngetem setiap harinya sebanyak delapan sampai sembilan Angkot.

Ditanya masalah sampah, Andika mengatakan, kebersihan sampah para pedagang B Srikaton 80 persen sudah sadar mereka mau membuang sampah pada tempatnya. “Di sini sudah ada bantuan 10 tong sampah dari Dinas Kebersihan. Sehingga membantu kesadaran para pedagang untuk membuang sampah pada tempatnya,” jelas Andika seraya menyebutkan, pihaknya telah membuat bak sampah di belakang pasar. Bak itu digunakan untuk menumpuk sampah yang belum diangkut petugas kebersihan. Dalam pengambilan sampah seminggu sekali setiap Senin.

“Bagi para pedagang yang belum sadar saat membuang sampah di lokasi pasar, ada teguran dari kami dengan cara melakukan pendekatan secara kekeluargaan,” jelasnya.(14)

Rabu, 24 Maret 2010

Warga Keluhkan Kerusakan Jalan Usaha Tani

0 komentar
TUGUMULYO–Sejumlah warga Dusun Trijaya Kelurahan B Srikaton, Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura), mengeluhkan jalan usaha tani dibangun Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura pada 2009 kini sudah hancur.

“Jalan usaha tani yang dibangun kurang lebih 200 meter tersebut saat ini sudah berlubang bahkan beberapa titik sudah kembali menjadi jalan tanah merah,” kata Giman, salah seorang warga Kelurahan B Srikaton, Selasa (23/3).
Dilanjutkan Giman, rusaknya jalan usaha tani disebabkan pembangunannya asal-asalan dengan pengerasan dilakukan sangat tipis. Sehingga jalan itu cepat hancur.
Selaku warga, Giman berharap pemerintah segera memperbaiki jalan itu agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal.

Hal senada juga dikeluhkan Gdik, warga yang sama. Ia menyebutkan jalan usaha tani sebenarnya sangat besar manfaatnya untuk memperlancar petani mengangkut hasil panen maupun menuju areal sawah.
Namun saat ini, lanjut dia, petani kembali kesulitan melintasi jalan tersebut karena kondisinya rusak parah. Padahal, menurut Gdik, kalau hanya dilintasi sepeda dan motor tidak mungkin menjadikan jalan itu cepat rusak. “Kerusakan jalan karena dikerjakan asal-asalan oleh pelaksana. Dan bahan materialnya sangat tipis,” kata Gdik.(11)

KSP RIAS Sudah 25 Tahun Berdiri

2 komentar
PURWODADI–Sudah 25 tahun Koperasi Simpan Pinjam Rukun Iku Sentosa (KSP RIAS) berdiri di Desa P1 Mardiharjo, Kecamatan Purwodadi.
Manajer KSP RIAS, Muliana, dikonfirmasi melalui stafnya Adi Sumarta, kepada koran ini, Selasa (23/3) mengatakan, KSP RIAS sudah 25 tahun berdiri yang semula berawal koperasi ini hanya dari rumah ke rumah dengan anggota berjumlah 30 orang, dan modal awal Rp 20 ribu.
Adi Sumatra menambahkan, pada awalnya koperasi tersebut dikoordinir pada 1985 dengan nama Koperasi Kredit (KOPDIT) RIAS. “Saat itu koperasi ini tidak berbadan hukum sehingga banyak orang kurang percaya, maka anggotanya datang dan pergi serta dengan keanggotaan yang kecil sehingga saham dan permodalan kurang memenuhi kebutuhan anggota,” papar Adi.
Hingga 2000 anggotanya 100 orang, karena pada waktu itu yang diakui hanya Koperasi Unit Desa (KUD). Kemudian 2001, nama KOPDIT berganti menjadi KSP RIAS seiring dengan terbitnya Badan Hukum dari Dinas Perindagkop Kabupaten Mura.
Dengan adanya Badan Hukum tersebut KSP RIAS memasuki babak baru dalam pengelolaan simpan-pinjam, yaitu menggunakan sistem manajer dan karyawan. Sementara untuk pelayanan dilakukan setiap hari mulai
KSP
pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. KSP RIAS mulai berkembang hingga Maret 2010, anggotanya sudah mencapai 2300 orang. Sementara jumlah aset sekitar Rp 26 miliar. Untuk anggotanya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pegawai hingga petani. Namun sebagian besarnya dari petani. Adi mengatakan, adapun jenis simpan pinjam diantaranya simpan pinjam haji (Sihaj), simpan pinjam bunga harian (Suburhan), simpan pinjam sukarela berjangka (Sisuka), dan simpanan tabungan Siswa (Tasis)
Ditambahkannya, KSP RIAS juga bekerjasama dengan pihak sekolah yang ada di sekitar Kecamatan Purwodadi, diantaranya SD O Mangun Harjo, SD Mardi Harjo, SD Purwodadi, dan untuk jumlah karyawan 20 Orang.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, Adi menjelaskan, KSP RIAS menjalin kerjasama dengan pemerintah yang dalam hal ini Departemen Koperasi (DEPKOP) UKM, guna mendapatkan pinjaman bergulir agrobisnis dan lembaga perbankan. Sementara itu pada 2006 hingga 2007, KSP RIAS telah meraih juara I untuk koperasi simpan pinjam se-Sumsel.(14)

Lumbung Pangan Trikoyo Buka Usaha Peuyem Bandung

0 komentar
TUGUMULYO–Pengelola lumbung pangan Desa F Trikoyo, Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura), saat ini mulai mengembangkan usaha lumbung pangan dengan usaha industri pembuatan tapai bandung (peuyem).

“Tahap pertama ini kami membuka dua stand, berupa gerobak khusus menjual tapai bandung di Desa F Trikoyo. Dimana sektor usaha ini sangat menjanjikan dengan banyaknya pesanan pembeli dari berbagai daerah di Mura dan daerah lain,” kata Kepala Seksi Ketahanan Pangan pada Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Mura, Ahmad Herman, Selasa (23/3).

Herman mengatakan, saat ini di daerah itu dari 21 kecamatan yang ada telah terbentuk enam lumbung pangan dengan usaha sektor pertanian, berupa usaha jual beli beras dan koperasi simpan pinjam. Juga usaha tanaman pangan lainnya.

Untuk usaha pembuatan tapai bandung yang dikelola lumbung pangan Desa F Trikoyo, berada di kawasan Agrowisata Tugumulyo. Bahan bakunya berupa ubi kayu saat ini tersedia cukup banyak, dengan harga pembelian Rp 1.500 per kg. Sedangkan ruang lingkup pemasaran meliputi desa-desa di Mura hingga ke Kota Lubuklinggau dan Provinsi Bengkulu, dengan nilai jual Rp 7.000 per kg.

Sekedar mengingatkan, Bupati Ridwan Mukti saat pelaksanaan peringatan Hari Pangan se-Dunia beberapa waktu lalu sempat mencicipi tapai bandung. Saat itu bupati menilai usaha tersebut bila dikelola dengan baik akan menjadi usaha yang menjanjikan bagi petani pengelola lumbung pangan desa. Serta dapat menjadikan usaha tambahan keluarga dan penciptaan lapangan pekerjaan di masing-masing kecamatan.
Herman menambahkan, usaha pembuatan tapai sebagai usaha tambahan disamping usaha utama lumbung yang bergerak dalam penyediaan beras dan gabah di Kabupaten Mura. “Apabila lumbung yang sudah dibentuk berjalan dengan baik, maka kedepan lumbung pangan ini akan menyuplai
kebutuhan bahan pangan di Tugumulyo dan sekitarnya,” papar Herman.

Selama ini, lanjut dia, beras maupun produk pertanian lainnya asal daerah ini, tidak dipasarkan ke daerah mana saja. Karena pemasaran yang tidak jelas serta tidak memiliki label dan merk dagang maupun karung pembungkus (Packing).
“Mulai tahun ini setiap lumbung akan menjadi pemasok kebutuhan beras di kecamatan masing-masing serta daerah lainnya,” imbuhnya.

Herman menyebutkan, program pembentukan lumbung pangan di Tugumulyo dimulai sejak 2009. Pada tahun ini memasuki tahapan penumbuhan dari 21 kecamatan di Kabupaten Mura diketahui lumbung ini baru dibentuk di enam kecamatan, yaitu Desa F Trikoyo Kecamatan Tugumulyo, Desa Sumber Rejo Kecamatan Megang Sakti, dan Kelurahan Purwodadi Kecamatan Purwodadi. Kemudian Desa Sugih Waras Kecamatan Sukakarya, Desa Bingin Jungut Kecamatan Muara Kelingi, dan Desa Lubuk Kemang Kecamatan Rawas Ulu.(11)

Pembuatan KTP Dikembalikan ke Kecamatan

0 komentar
SUMBERHARTA–Terhitung 1 Januari 2010 pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) mulai dikembalikan ke kantor Camat.
Menurut Camat Sumberharta, Burlian, untuk masalah kelengkapan administrasi sekarang memang harus melalui camat, tetapi untuk pencetakan tetap dikirim ke Dinas Kependudukan dan catatan Sipil (Disdukcapil). “Karena di kantor Camat belum ada alatnya,” kata Burlian.

Ditambahkan Syafrul, Kasi Sistem Teknik Informasi (STI) Disdukcapil Kabupaten Mura, pembuatan KTP harus dikembalikan ke kantor Camat karena setelah ujicoba selama ini dalam pembuatan KTP banyak yang tidak diketahui oleh camat. “Untuk itu pengecekan kembali ke kantor Camat,” kata Syafrul.

Ditanya cara mengurus administrasi, dijelaskan Syafrul, tetap dilaksanakan pengurusannya dari kepala desa (Kades) terlebih dulu tetapi harus mempunyai KK. Selanjutnya ke kantor Camat setelah itu pihak kecamatan menyerahkan ke Disdukcapil untuk pembuatannya.
“Sedangkan untuk Kartu Keluarga (KK) administrasi tetap diteliti di kantor Kecamatan. Bedanya kalau dulu tidak ada Nomor Induk Kependudukan (NIK), tetapi sekarang harus ada NIK,” jelas Syafrul.

Akte Kelahiran
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Catatan Sipil Kabupaten Mura, Muhammad mengatakan, mulai 2011 kalau terlambat 60 hari dalam pembuatan akte kelahiran akan dikenakan denda senilai Rp 1 juta yang diproses melalui pengadilan.

Muhammad menambahkan, seharusnya peraturan itu sudah dimulai dari 2010 tetapi ada pengunduran sesuai dengan masa transisi Undang-Undang No.23 Tahun 2006 khususnya yang berkaitan dengan pencatatan kelahiran.

Sekarang akan dilakukan sosialisasi ke kades–kades dan masyarakat. “Kami sudah memberikan surat pembuatan akte kelahiran secara kolektif ke kantor Camat yang ada di Kabupaten Mura. Tetapi baru satu kecamatan yang menanggapi yaitu Kecamatan Sumberharta,” jelasnya.
Ia berharap kepada masyarakat dapat melengkapi data-data pembuatan akte kelahiran yang berguna untuk mendapatkan hak ahli waris.(14)

Selasa, 23 Maret 2010

Pihak Diskanak Bantah Tuduhan LSM Merah Putih

0 komentar




f-Budi Santoso/Linggau Pos
TUNJUK : Kadiskanak Kota Lubuklinggau, Subandio Amin dan pegawai BBI Watervang menunjukkan siring dalam kondisi baik saat peninjauan dilakukan Kadiskanak Lubuklinggau, Subandio Amin, Senin (22/3).Inzet : q Subandio Amin



Siring dan Dinding Jebol Tak Ada Masalah
LUBUKLINGGAU–Dugaan tindak pidana korupsi (Tipikor) seperti dilaporkan LSM Merah Putih ke Kejaksaan Negeri Lubuklinggau ditanggapi pihak Diskanak Kota Lubuklinggau. Pihak Diskanak membantah ada dugaan korupsi pada pembangunan di Balai Benih Ikan (BBI) di dekat Bendung Watervang, seperti dituduhkan LSM tersebut.

Kabid Perikanan Diskanak Kota Lubuklinggau, Dayat Hidayat menegaskan hal tersebut kepada koran ini, Senin (22/3). Ia menyebutkan bahwa siring dengan panjang 250 meter yang disebut jebol itu tidak benar sama sekali. Ia menegaskan bisa dilihat sendiri ke BBI jika siring yang dikatakan LSM Merah Putih itu jebol, padahal fakta sebenarnya tidak benar sama sekali.

Dayat menambahkan siring berada di BBI dibangun tahun 2008 dilihat dari depan hingga ke ujung sama sekali tidak jebol. Pihaknya menilai tuduhan dialamatkan LSM Merah Putih kepada Diskanak itu dapat menyesatkan masyarakat. Karena kenyataan di lapangan tidak benar sama sekali.

Ia juga mengungkapkan untuk dana pembangunan siring yang mencapai Rp 360 juta, yang ditanggapi LSM kurang bagus hasilnya, juga tidak benar. Karena, lanjut dia, bangunan itu dikerjakan dengan hasil yang baik. Malah dana pengerjaan berasal dari DAK 2008 hasilnya bisa dilihat langsung di BBI Watervang, baik dari segi bangunan.

Sedangkan untuk dinding di BBI yang jebol, ia menyebutkan disebabkan banjir air bah melanda kawasan BBI pada 15 Oktober 2009 lalu. “Dua titik dinding yang jebol itu sudah direhab dengan swakelola dengan hasil yang baik,” katanya.

Sementara itu, Kadiskanak Kota Lubuklinggau, Subandio Amin yang mengajak wartawan koran ini, kemarin (22/3) sekitar pukul 11.00 WIB ke BBI Watervang, juga menunjukkan bagian siring yang dilaporkan jebol, sama sekali tidak jebol. Subandio menyambut baik langkah Tipikor memeriksa BBI Watervang seperti pengaduan LSM Merah Putih.

“Pada dasarnya BBI Watervang diperiksa Tipikor sangat saya dukung, agar ada kejelasan dari pengaduan LSM Merah Putih dalam hal ini disampaikan Parmi. Kebenaran bisa dilihat langsung dengan kasat mata dan saya merasa tak ada yang ditutup-tutupi dengan masalah ini,” kata Subandio dengan nada tegas, kemarin.

Subandio menegaskan pihaknya bukan diam saja menanggapi laporan LSM ini, tetapi mereka mempersilahkan tipikor melihat bukti-bukti di BBI Watervang. Apakah sesuai dengan yang dilaporkan LSM tersebut atau tidak. Karena itu ia setuju jika tipikor datang ke BBI Watervang guna melihat langsung bangunan BBI yang disoal LSM Merah Putih tersebut.(06)

Pupuk Urea di Purwodadi Langka

0 komentar
PURWODADI–Petani di Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, mengeluh sulitnya mendapatkan pupuk urea di pasaran. Kelangkaan pupuk urea diperkirakan terjadi sekitar enam bulan lalu. Akibatnya, petani penggarap menjadikan sawah mereka menjadi kolam ikan agar lahan pertanian bisa menghasilkan.

“Kalau sekarang susah mas. Saya saja sudah hampir enam bulan tidak bisa membeli pupuk dan sekarang sawah saya sudah dijadikan sebagai kolam ikan agar menghasilkan uang,” kata Tini (31), warga jalan simpang Tritunggal, Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Purwdadi kepada Linggau Pos, Senin (22/3).

Ia mengaku, sampai sekarang tidak tahu penyebab kelangkaan pupuk yang sangat diperlukan untuk pertanian tersebut. Akhirnya, agar lahan sawah tidak menganggur lahan sawahnya dijadikan sebagai lahan peternakan ikan.
“Kalau dulu sebelum langka saya membeli pupuk urea harganya Rp 95 ribu per sak. Sejak itu, saya sudah lama tidak membeli pupuk lagi,” kata Tini mengaku memiliki lahan sawah seluas 0,5 hektar.

Harus Ada RDKK
Sementara itu, Saidi (47) warga Kelurahan O Mangunharjo, Kecamatan Purwodadi memperkirakan sulitnya petani mendapatkan pupuk urea karena petani tidak tergabung dalam kelompok tani. Padahal untuk mendapatkan pupuk itu mesti mengajukan Rencana Depenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Soalnya, khusus di Kelurahan O Mangunharjo pupuk urea mudah diperoleh asalkan masuk dalam kelompok tani.

“Kalau di sini mas biasa saja mudah mendapatkan pupuk urea karena tergabung dalam kelompok tani. Kalau sudah tergabung dalam kelompok tani mudah mengajukan kebutuhan pupuk karena kolektif, harganya murah,” kata Saidi menjabat Sekretaris Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tirtoyoso, yang menghimpun 40 anggota.

Ia menjelaskan, prosesnya bila sudah tergabung dalam RDKK, bisa langsung mengajukan kebutuhan pupuk minimal satu bulan sebelum masa tanam. Biasanya, pengajuan permohonan pupuk dirapatkan terlebih dahulu melalui rapat anggota. Kemudian dibuat ajuan kebutuhan pupuk kelompok, setelah itu diketahui kepala desa/penyuluh selanjutnya diproses.
“Saya contohkan khusus untuk kelompok tani Tirtoyoso setiap musim tanam membutuhkan pupuk diperkirakan sebanyak 4 ton untuk luas lahan kelompok digarap seluas 22,5 hektar. Harganya kalau melalui RDKK sebesar Rp 63 ribu persak,” kata Saidi.

Saidi yang juga tergabung dalam kelompok tani Kelurahan O Mangunharjo ini menjelaskan, manfaat yang bisa dirasakan bila tergabung dalam kelompok tani, bisa lebih mudah mendapatkan kebutuhan pertanian. Selain itu, setiap petani yang tergabung dalam kelompok tani bisa saling mengisi dan membantu antarsesama anggota.

“Sampai sekarang saya tidak pernah sulit mendapatkan pupuk karena sudah lama bergabung dalam kelompok tani,” ujar Saidi yang untuk musim tanam awal tahun ini diperkirakan akan mengalami keuntungan besar.(14)

Desa Trikarya Terhutang PBB

0 komentar
PUWODADI-Satu desa di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, terhutang dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2009. Jumlah tunggakan Rp 26.280.167 ditambah beban tahun 2010 hingga mencapai Rp. 29.334.442.

Camat Purwodadi, Hendra Jaya dikonfirmasi melalui Kabag Tata Usaha (TU) unit Pelaksana Teknis Dinas Pelaksana Pengelolahan Keuangan Anggaran Daerah (KUPT DPKAD) wilayah Purwodadi, Sumberharta, Megangsakti, Zakaria kepada Linggau pos mengatakan, satu desa belum lunas pembayaran PBB tahun 2009 yaitu Desa Trikarya.

Ia menilai kurang sadarnya masyarakat membayar pajak tetap membuat pihaknya selaku KUPT DPKAD memantau juga melakukan pendekatan terhadap warga desa tersebut.
“Pihak kecamatan juga sudah memberikan surat peringatan pada pihak desa yang terhadap dalam pembayaran pajak, tapi sampai sekarang belum terealisasi. Agar tidak terjadi hutang dalam pembayaran PBB, pihak KUPT DPKAD kecamatan akan memantau setiap laporan perdesa, seandainya ada yang terlambat kita langsung berikan solusinya,” papar Zakaria.
.
Ia menyebutkan bagi masyarakat yang terlambat dalam pembayaran PBB mendapatkan denda dengan ketentuan setiap satu bulanya 2 persen. Ditanya masalah Jumlah Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) pada 2009 berjumlah 8.979 lembar dengan target ketetapan Rp 195.311.391 dari target ini terealisasi 169.031.224, karena dikurangi jumlah SPPT satu desa yang belum lunas.

Zakaria menambahkan untuk jumlah SPPT tahun 2010, berjumlah 9.026 lembar dengat target ketetapan Rp 199.863.163. Jadi ada kenaikan Rp 4.551.772 dari tahun 2009 dan kenaikan ini karena perkembangan perekonomian pajak iambil dari masyarakat Purwodadi, diantaranya pajak rumah makan dan pajak pakir pool karet. Untuk sosialisasi dilakukan setiap rapat kerja (Rakor), melalui kades dan pemuka masyarakat.(14)

Warga Desa Jalan Kampung Bali Dikerjakan Optimal

0 komentar
MUARA BELITI–Warga meminta Pembangunan jalan poros dari Kampung Bali menuju Air Satan, yang dikerjakan melalui APBD 2010 dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan. Pembangunan jalan sepanjang 7 kilometer lebih dengan lebar 8 meter yang yang akan dikerjalan pihak rekanan tersebut diharapakan dikerjakan maksimal dan benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat.
“ kami suah sangat lama mengidamkan pembangunan Jalan tersebut karena sudah lama mendengar dibangun namun tak kunjung dibangun,” kata muchsin Warga Desa Satan Indah Jaya. Diakuinya diirnya yang mempunyai lakah persawahan di kampong bali selama ini kesulitan karena jalan menuju kampong Bali cukup memprihatinkan.

Untuk iti diharapkanya kepada pihak pemerintah dalam hal pembangunan tersebut dapat mengawasi pekerjaan dari mulai titik nol hingga selesai sehingga pihak kontraktor tidak semena- mena mengerjakan jalan tersebut.

Hal senada juga diharapakan Man agar pembangunan jalan Kampung Bali yang sudah sering dianggarkan tersebut dapat benar –benar terealiusasi sehinga masyarakat tidak hanya menunggu harapan.

“ seandainya jalan tersebut benar dibangun kami berharap dibangun optimal karena wilayah kampong bali ini masuk dalam kawasan Agropolitan Centre,” katanya.
Diakuinya kondisi jalan kampong bali saat ini cukup memprihatinkan untuk itu kepala pihak kontraktor agar dapat membangun jalan tersebut sesuai yang sudah ditetapkan pemerintah.(11)

Senin, 22 Maret 2010

Saluran Irigasi Tak Lancar Rugikan Petani

0 komentar
SUMBERHARTA–Pengairan irigasi di Kecamatan Sumberharta, Kabupaten Musi Rawas (Mura), tak berfungsi dengan baik. Dampaknya, para petani mengeluh tidak lancarnya aliran air mengalir ke setiap areal sawah petani.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknik (KUPT) Pertanian, Suparto, masyarakat di sini tidak serentak melakukan panen hanya per kelompok. “Mereka itu kesulitan dalam hal pengairan ke sawah,” kata Suparto kepada koran ini, Sabtu (20/3).

Suparto menambahkan, masalah pengairan sudah dibahas dalam musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) kecamatan dihadiri Dinas PU Pengairan tetapi belum selesai sampai sekarang.

“Masyarakat ingin aliran sungai dikembalikan kepada sungai primer agar pengairan menjadi lancar terhadap pertanian di Sumberharta. Saya juga berharap demikian sehingga petani sawah dapat bertani dengan baik sesuai enam tepat yaitu tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, tepat sasaran, tepat dosis, dan tepat guna,” papar Suparto.
Ditanya masalah pupuk, Suparto menjelaskan, petani yang paling dominan menggunakan pupuk Urea dengan harga sesuai Harga Eceran Tetap (HET) dari pemerintah. Sementara cara mendapatkannya dengan musyawarah swadaya masyarakat melalui kelompok yang membuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) diajukan ke distributor baru diajukan ke Pusri.

Untuk masalah penyuluhan pihaknya mengadakan dua minggu sekali ke setiap desa diselenggarakan Pos Pelayanan Penyuluhan (PPP). “Untuk tenaga penyuluh kami memiliki 37 tenaga terdiri dari 24 PNS dan 13 TKST,” jelasnya.(14)

Poskeslur Ulak Surung Siap Dioperasikan

0 komentar

POSE BERSAMA : Pengelola Poskeslur Ulak Surung berpose bersama dengan Lurah, Taufik Hidayat di depan bangunan Poskeslur, Sabtu (20/3).



Jalan ke Bangunan Berupa Tanah
LUBUKLINGGAU–Bangunan Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeslur) Ulak Surung, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, selesai dikerjakan pelaksana pada pertengahan Maret 2010. Diprediksi Poskeslur berada di Jalan Bengawan Solo RT 08 ini bakal beroperasi dalam waktu dekat setelah serah terima dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau.

Untuk diketahui, dana pembangunan Poskeslur dengan ukuran 11x11,5 meter persegi berasal dari Asian Development Bank (ADB) 2009. Dimana pelaksanaan proyek ini merupakan program nasional diperuntukkan bagi kabupaten/kota. Sementara pengerjaan bangunan Poskeslur dilakukan secara swakelola masyarakat sejak Desember 2009 lalu.
Lurah Ulak Surung, Taufik Hidayat didampingi Ketua BKM Bukit Sulap, Merizal menjelaskan, Poskeslur yang sudah selesai dibangun berfungsi membantu masyarakat dalam hal kesehatan yang sedang dialami warga. “Misalnya ada kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit, maka warga bisa melaporkan atau membawa penderita ke Poskeslur. Karena di sana ada bidan akan memberikan pengobatan pada penderita,” kata Taufik Hidayat di ruang kerjanya, Sabtu (20/3).

Poskeslur ini, lanjut dia, juga berfungsi mengurangi angka kematian bayi serta mengantisipasi penyebaran penyakit menular yang terjadi di Ulak Surung khususnya. “Bidan Komala Dewi siap memberikan pelayanan kesehatan bagi warga yang datang ke Poskeslur karena peralatan medis juga ada di sana,” papar Taufik menilai, keberadaan Poskeslur ini sangat mendukung program kelurahan, salah satunya program 10 pokok PKK dibidang kesehatan.

Sedangkan Merizal menambahkan, ada satu hal yang mesti menjadi perhatian Pemkot Lubuklinggau berkaitan dengan jalan menuju ke Poskeslur. “Sebab jalan menuju Poskeslur masih berupa jalan tanah yang sekarang kondisinya rusak. Kami berharap pemerintah melalui dinas instansi terkait memperhatikan jalan rusak menuju Poskeslur karena itu sangat penting sekali,” ujar Merizal yang juga menjabat Sekretaris Pengurus Poskeslur Ulak Surung. Ia berharap jalan menuju ke Poskeslur sepanjang 200 meter dengan lebar 3 meter dapat dibangun secepatnya, karena gedung telah siap difungsikan termasuk juga peralatan medis telah diterima dan sekarang ditampung di rumah pengurus Poskeslur.

“Kami sudah mengajukan usulan kepada lurah agar jalan menuju Poskeslur dapat dibangun dalam Musrenbang tingkat kelurahan. Dan mudah-mudahan diusulkan kembali pada Musrenbang tingkat kecamatan hingga Kota Lubuklinggau,” harap Merizal seraya menyebutkan, pengurus Poskeslur Ulak Surung diketuai Zulfikar, dan Bendahara Agus Masrin.(06)

Suara Riuh di Lorong Perak Mulai Berkurang

0 komentar
LUBUKLINGGAU–Keluhan warga Kelurahan Pasar Satelit, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, mempersoalkan keriuhan di lorong Perak akibat suara musik dari tape recorder ditanggapi pemilik warung. Kini, suara yang menggelegar dari arah warung itu tidak terdengar besar hingga memekakkan telinga tetapi keriuhan mulai berkurang.

Salah seorang warga berinisial NN mengaku, sejak muncul keluhan masyarakat di sekitar lorong Perak mempersoalkan keriuhan suara musik dari warung itu membuat pemilik warung berinisiatif mendengarkan keluhan tersebut. “Sejak hari itu pada malam hari pemilik warung tidak lagi memutar musik dengan suara yang keras, tapi volumenya sudah dikurangi. Kemungkinan pemilik warung memahami keluhan masyarakat yang tinggal di sini,” ujar NN pada koran ini, Sabtu (20/3).

Selanjutnya ia meneruskan bahwa masyarakat yang tinggal di sana juga menilai ketenteraman dan ketertiban pada malam hari dapat terkendali. Soalnya tak terdengar lagi suara musik yang mengganggu aktifitas masyarakat pada malam hari seperti pada minggu-minggu sebelumnya. NN juga menyebutkan sejak munculnya keluhan masyarakat pihak kelurahan juga sudah turun ke warung dan bertanya pada pemilik warung.
“Saya melihat sendiri lurah Pasar Satelit datang ke warung menemui pemiliknya, mungkin ia memberikan nasihat padanya. Dan pada malam hari tidak terdengar suara yang keras dari arah warung itu,” ucapnya meyakinkan.

Sekedar informasi, sejumlah masyarakat yang tinggal di dekat lorong Perak mempersoalkan suara musik yang bergema hingga malam hari dari salah satu warung yang ada di sana. Mereka kecewa dengan lingkungan yang bising dengan suara musik tersebut. Pihak Pol-PP Kota Lubuklinggau siap melakukan koordinasi dengan Polres Lubuklinggau guna menertibkan pemilik warung yang meresahkan masyarakat tersebut.(06)

Integritas Tak Diragukan Terpilih Sebagai Koordinator

0 komentar



Koordinator TPI Kota Lubuklinggau, Efrizal

Hari ini (22/3), pelajar SMA dan SMK sederajat mengikuti Ujian Nasional (UN) di sekolah masing-masing. Sama seperti tahun lalu pelaksanaan UN ini dipantau oleh Tim Pemantau Independent (TPI) Kota Lubuklinggau yang diketuai, Efrizal. Bagaimana kisahnya hingga alumnus IAIN Raden Fatah Palembang terpilih sebagai koordinator TPI? Berikut kisahnya.

Budi Santoso, Lubuklinggau
MENJABAT sebagai Koordinator TPI Kota Lubuklinggau tak sembarang orang bisa mengembannya. Karena ada sejumlah persyaratan mesti dipenuhi sebelum ditetapkan pihak Universitas Sriwijaya (Unsri) sebagai koordinator. Salah satunya mesti memiliki integritas yang tinggi dibidang pendidikan dan mendapatkan dukungan dari kalangan akademisi.

Penilaian ini ternyata dipenuhi Efrizal, yang dilahirkan di Lubuklinggau 17 Oktober 1970. Saat ini Efrizal bersama 53 anggota TPI Kota Lubuklinggau bakal menjalankan tugasnya memantau pelaksanaan UN di SMA. Sebagai TPI ada sejumlah tugas mesti mereka jalankan saat UN berlangsung.

“Kami ini sebenarnya sudah bertugas sejak awal Maret sebagai persiapan untuk pemantauan UN. Apalagi kami terpilih menjadi TPI melalui penunjukan dari Unsri melalui Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMB) dengan kriteria dosen, juga memiliki integritas dan komitmen untuk menjaga independensi dalam UN,” papar suami Junilawati, yang dikaruniai tiga anak dengan nama Agustine Habibah Rizal, Fidhel Ahmed Ar Rizal, dan Gayatry Ar Rizal. Karena dinilai baik itu, Efrizal pun terpilih tanpa mengikuti seleksi. Apalagi ia diajukan akademisi serta didukung kalangan akademisi hingga ditetapkan sebagai koordinator TPI Kota Lubuklinggau.

Tahun ini TPI memantau pelaksanaan UN di enam SMK di Kota Lubuklinggau. Dilanjutkan dengan memantau UN SMP negeri dan swasta. Namun, mereka tidak memantau UN SMA. Direncanakan nanti satu sekolah akan dipantau satu orang dari TPI.

“UN SMA dipantau langsung oleh pihak Unsri, karena memiliki kepentingan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Di dalam amanah UU Sisdiknas diketahui bahwa kelulusan UN sebagai standar masuk PTN. Dengan hasil UN ini maka untuk masuk PTN tanpa melalui tes lagi,” ungkap Efrizal yang kini mengikuti program Pascasarjana Program Studi Ekonomi (Master Saint) UMP Palembang.

Untuk diketahui, Efrizal tercatat sebagai dosen STIE Mura mulai 1999 hingga sekarang, pernah menjadi penyuluh pada bina desa kerjasama IAIN Raden Fatah dengan Pemkab Mura dari tahun 2005 hingga sekarang.
Efrizal berharap pemantauan dilaksanakan sebaik mungkin, karena mereka bekerja memiliki landasan yang kuat, yaitu UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Lalu, Permendiknas RI Nomor 75 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional SMP/MTs, SMK tahun pelajaran 2009-2010.

Juga SK Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Penunjukan Penanggung Jawab UN Provinsi tahun pelajaran 2009-2010, dan terakhir SK Penjab TPI tentang Penunjukkan Sekretariat TPI UN Kota Lubuklinggau. “Hasil dari pemantauan di lapangan kami sampaikan ke TPI Sumsel. Sementara sanksi bagi sekolah yang melanggar kami serahkan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang akan menanganinya,” pungkas alumnus SMAN 1 Lubuklinggau menutup obrolan.(*)

Jumat, 19 Maret 2010

Pokja Menteri Batal Berkunjung ke Trans HTI

0 komentar
Disesalkan Masyarakat
MUSI RAWAS–Warga Trans HTI menyesalkan gagalnya kunjungan dua Kelompok Kerja (Pokja) Menteri terdiri dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Padahal pokja ini semula akan mengunjungi enam desa Trans Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kabupaten Musi Rawas (Mura).
Untuk diketahui, seperti dijadwalkan kunjungan pokja akan berlangsung 15 Februari 2010 sesuai dengan hasil kesepakatan antara perwakilan masyarakat yang mendatangi kementerian tersebut di Jakarta, guna menyelesaikan persoalan lahan.

Ke-16 orang perwakilan dari enam Desa Trans HTI berangkat ke Jakarta bersama Komisi I DPRD Kabupaten Mura dan pimpinan Front Perlawanan Rakyat (FPR) pada 26 Januari 2010 guna membahas persoalan tersebut.

Rencana semula kunjungan pokja dua menteri bertujuan mencari dan memverifikasi data terkait tuntutan masyarakat yang meminta pelepasan lahan HTI, dan batas wilayah desa menjadi desa definitif.

“Kami menyayangkan tim pokja tidak datang ke sini. Padahal kedatangan mereka untuk mencari dan verifikasi terkait tuntutan masyarakat enam desa tersebut,” kata Koordinator LSM FPR, Edwar Antoni yang mendampingi perwakilan masyarakat.

Dilanjutkan Edwar, Direktur Pengunaan Lahan, Dwi Sudharto saat pertemuan dengan perwakilan Trans HTI dipimpin Komisi I DPRD Mura, Alamsyah A Manan menjelaskan, Trans HTI tidak mendapatkan izin dari Menteri Kehutanan atau illegal. Dan hal itu merupakan bagian dari 400 kasus serupa yang ditangani oleh mereka. Ditambahkan Edwar, saat itu pihak Dirjen menjelaskan tidak ada objek memiliki dua SK tetapi masalah tersebut harus diselesaikan dengan beberapa cara. Pertama, mungkin solusi HTR (Hutan Tanaman Rakyat). Dan kedua, dengan jalan revisi tata ruang daerah diusulkan oleh bupati dan gubernur.

“Ketika Komisi I DPRD Mura dan perwakilan kades membuka peta HTR ternyata letaknya jauh dari Desa Trans HTI yang mereka tempati berkisar antara 198 km. Sehingga pihak Dirjen menyimpulkan bahwa HTR bukan solusi yang tepat, karena jauh dari tempat tinggal mereka,” papar Edwar.

Menurut Edwar, masyarakat Trans HTI sangat mengharapkan kedatangan pokja menteri karena bakal mendapatkan solusi penyelesaian masalah mereka. Untuk itu warga berharap kepada Pemkab Mura serius meyikapi persoalan tersebut.

Terpisah, Jiman, salah seorang warga Bumi Makmur menyayangkan berlarut-larutnya penyelesaian sengketa masyarakat dengan PT MHP yang hingga kini belum diselesaikan. ”Kami warga di kawasan HTI yang ditempatkan pemerintah semestinya mendapatkan perhatian, tetapi hingga sekarang desa kami saja dijelaskan menteri sebagai penghuni wilayah hutan secara ilegal,” keluh Jiman, kemarin.(11)

April, Pupuk Urea Naik 30 Persen

0 komentar
TUGUMULYO–Petani di Kecamatan Tugumulyo resah. Pasalnya, informasi yang berkembang pupuk Urea pada April mendatang akan naik 30 persen. Dipastikan hal ini akan berdampak pada tingginya biaya produksi yang akan dikeluarkan.

“Saat musim tanam awal 2010 saja kami kesulitan karena tingginya aktivitas curah hujan, sehingga pupuk yang disebar banyak hilang karena terbawa air hujan,” kata Sutrisno Ketua Kelompok Tani (Koptan) Setia Tani Desa G-1 Mataram, Kamis (18/3).
Dilanjutkannya, harga pupuk Urea saat ini berkisar antara Rp 60 ribu hingga Rp 65 ribu. Kalau naik hingga 30 persen maka hal ini akan mencekik petani, karena petani terpaksa harus menambah dana untuk membeli pupuk.

Selama ini dalam sekali panen untuk satu hektar petani mengeluarkan dana Rp 2,7 juta hingga Rp 3 juta untuk biaya sekali panen. Untuk itu mereka sangat keberatan dengan naiknya pupuk Urea, karena pupuk Urea merupakan pupuk utama yang digunakan petani untuk memelihara tanaman padi.

Ditambahkan Sutrisno, selain itu juga petani hingga saat ini masih mengalami kesulitan untuk mengatur pola tanam serentak karena terkendala air yang tidak lancar. “Akibatnya kelompok mereka tidak dapat melakukan tanam serentak, sebab menunggu pembagian air dari daerah lain. Hal ini berimbas pada serangan hama tikus yang siklusnya tidak dapat putus,”jelasnya.

Untuk itu dia mengimbau pihak Pemkab Mura, agar dapat melakukan pengaturan pembagian air dari saluran irigasi dengan membuat peraturan daerah (Perda) tentang hal tersebut. Sehingga petani dapat terbantu, dan Perda ini juga akan menjadi dasar hukum petugas dalam menindak pengusaha kolam air deras yang nakal, serta merugikan dunia pertanian di daerah tersebut.

Sementara itu Koordinator Forum Komunikasi Petani Kabupaten Mura, Ali Handoko, menyayangkan dengan adanya kenaikan pupuk Urea. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah dapat mempertimbangkan kembali atas kenaikan pupuk Urea tersebut.

“Saat ini saja rata-rata petani di Mura hampir 80 persen menggunakan pupuk Urea, karena dianggap pupuk ini masih terjangkau dengan pendapatan petani,” katanya.
Dilanjutkannya, dengan naiknya harga pupuk tersebut juga berakibat akan berdampak pada hasil produksi karena petani jelas akan mengurangi menggunakan pupuk. Selain itu juga, hal ini patut menjadi perhatian Dinas Pertanian Kabupaten Mura untuk mencari teknologi alternatif pengganti pupuk organik agar petani tidak kesulitan. Dan juga tidak berpengaruh pada produksi padi Kabupaten Mura.(11)

Jalan Pasar Megang Sakti Rusak Parah

0 komentar




f-Irhandi Kasmara/Linggau Pos
parah : Longsor Jalan Lintas Tengah yang terletak di Kecamatan Tuah Negeri, Kabupaten Mura makin parah dan mengkhawatirkan warga. Foto diabadikan Kamis (18/3).



MEGANG SAKTI–Masyarakat yang kerap melalui jalan raya depan Pasar Megang Sakti mengeluhkan kerusakan jalan. Soalnya, jalan raya itu kondisinya berlubang sudah lama tidak diperbaiki dinas instansi terkait.

Pantauan koran ini di lapangan, jalan rusak itu bisa dilihat saat kita akan memasuki kawasan pasar tepatnya di simpang tiga hingga ke arah pasar yang ramai didatangi masyarakat. Diperkirakan jalan rusak ini sudah berlangsung lama namun tidak segera diperbaiki dinas terkait.

Kondisi jalan aspal yang berlubang itu membuat para sopir yang mengendarai mobil mesti pintar memutarkan kendaraannya, agar tak terjebak masuk kedalam lubang. Sehingga mobil dapat melintas dengan lancar setelah melalui jalan rusak tersebut.
Camat Megang Sakti, Adi Winata saat dikonfirmasi, Kamis (18/3), mengenai jalan rusak membenarkan bahwa kerusakan jalan sudah berlangsung lama. Namun, pihaknya tetap memperhatikan jalan rusak dengan mengajukan usulan dalam Musrenbang untuk ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. “Jalan itu aspalnya memang tipis hingga mudah rusak. Saya sudah minta kepada masyarakat agar menimbun jalan yang berlubang dengan koral hingga tertutupi,” kata Adi Winata.

Ia juga berharap kerusakan jalan ini dapat menjadi perhatian pihak terkait hingga jalan raya di depan Pasar Megang Sakti menjadi mulus. Serta masyarakat tidak mengeluh dengan kerusakan sarana prasarana di sana.(06)

Keriuhan di Lorong Perak Pasar Satelit Meresahkan

0 komentar
LUBUKLINGGAU–Aktivitas malam di lorong Perak, Kelurahan Pasar Satelit, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, dikeluhkan warga setempat. Pasalnya, suara house musik yang diduga berasal dari salah satu warung minuman di sana menjadikan istirahat warga pada malam hari menjadi terganggu.

Yang menyedihkan, warga tak dapat berbuat banyak karena pihak kelurahan tidak mengambil tindakan dengan menertibkan aktivitas warung tersebut. Salah seorang warga berinisial Ir mengatakan, sudah lama masyarakat di sekitar lorong Perak merasa dirugikan dengan kegiatan pemilik warung pada dini hari yang tetap membunyikan musik dengan suara keras. Namun, mereka tak dapat berbuat banyak karena aparat keamanan tidak mengambil tindakan hingga mereka terpaksa membiarkan saja.

“Kami sudah resah dengan suara bising pada malam hari yang berasal dari warung di lorong Perak, karena hampir setiap malam suara musik terdengar dengan keras. Dan kami tidak bisa menghentikan aktivitas pemilik warung karena tindakan dari pihak terkait saja tidak ada,” keluh Ir pada koran ini, Kamis (18/3).

Akibat suara musik yang menggelagar itu membuat kegiatan belajar anak-anak pada jam sibuk menjadi terganggu. Padahal para pelajar mesti membuka buku agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) keesokkan harinya di sekolah. “Bagaimana anak-anak mau belajar dengan tenang jika mendengar suara musik yang terdengar keras dari warung minuman itu. Kami minta pihak kelurahan atau kecamatan segera turun ke sini, karena kami sudah tak tahan lagi dengan suara musik terdengar berdentam dentum itu,” keluh Ir.

Saat dihubungi Camat Lubuklinggau Utara II, Syaiful Effendi melalui ponselnya, tadi malam, tidak aktif. Sedangkan Komandan Sat Pol-PP Kota Lubuklinggau, Alha Warizmi mengatakan, segera menindaklanjuti keluhan masyarakat yang merasa dirugikan dengan suara bising dari warung tersebut.

“Kami akan mengecek kebenaran informasi dari masyarakat, yang merasa dirugikan atas bisingnya suara dari warung tersebut. Tapi sebelum turun ke lokasi kami akan mengadakan koordinasi dengan Polres Lubuklinggau, karena ini berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat,” kata Alha Warizmi.(06)

Kamis, 18 Maret 2010

Infrastruktur di Enam Desa Memprihatinkan

0 komentar
MUARA KELINGI–Kurang baiknya infrastruktur jalan di sejumlah desa di Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas (Mura), mempengaruhi perekonomian masyarakat desa.

Keadaan ini dialami warga Desa Tugu Sempurna, Marga Sakti, Karya Mukti, Veteran Jaya, Beliti Jaya, dan Karya Sakti. Sebab, infrastruktur jalan di desa tersebut sekarang kondisinya memprihatinkan.

Menurut Sukijan, salah seorang warga Desa Marga Sakti, sepanjang 7 km jalan dengan kondisi parah. Kalau jalan itu tidak segera diperbaiki kemungkinan dapat putus dan tidak bisa dilalui kendaraan.
“Untuk masuk ke desa sekarang sangat susah karena kondisi jalan tanah yang berlumpur,” ujar Sukijan juga menjabat guru SD Desa Marga Sakti.

Dia menambahkan, sekarang warga di enam desa bukan hanya kesulitan beraktivitas tapi keadaan desa sulit dilalui kendaraan membuat harga kebutuhan pokok di desa makin melambung. Karena untuk masuk tidak bisa menggunakan mobil sehingga harus dilakukan dengan cara estapet menggunakan motor.

“Untuk mengangkut sembako sangat susah harus menggunakan cara estapet dari mobil dijemput dengan motor. Kondisi ini membuat harga kebutuhan pokok menjadi tinggi,” jelas Sukijan. Selain keadaan infrastruktur jalan juga ada empat jembatan besi sekarang kondisinya sangat memprihatinkan. Jembatan itu terbuat dari besi yang sudah usang dan kondisinya tidak layak untuk digunakan, karena apabila ada kendaraan yang melebihi tonase sangat mengkhawatirkan warga yang melintas di atas jembatan tersebut.

Keadaan ini dibenarkan warga lain, Antoko, yang tinggal di Desa Tugu Sempurna. Ia menyatakan sebenarnya jalan penghubung enam desa sudah beberapa kali dilakukan perbaikan, hanya saja faktanya sekarang kondisi jalan sudah rusak parah.

“Sebelumnya jalan daerah kami sudah beberapa kali diperbaiki, tapi memang ada perusahaan sawit yang mengangkut hasil perkebunan melewati jalan tersebut. Namun kerusakan jalan ini juga seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah,” kata Antoko seraya menambahkan jika kondisi jalan rusak parah tidak segera diperbaiki, maka tidak menutup kemungkinan enam desa yang ada akan terisolir. Dan kondisi ini tentu sangat menyulitkan masyarakat.(11)

Walang Sangit Serang Padi Petani Rejosari

0 komentar
PURWODADI–Petani di Desa R Rejosari Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas (Mura), mengeluhkan padi milik mereka diserang hama walang sangit. Serangan hama ini membuat padi berwarna merah tidak berisi saat dipanen petani.
Menurut Sarip, salah seorang petani Rejosari, waktu awal-awalnya padi itu bagus tetapi lama-kelamaan berubah warna menjadi merah. “Ketika akan dipanen padi itu tidak berisi (kosong),” keluh Sarip kepada koran ini, Senin (15/3).

Sarip menambahkan, hasil dari panen padi sangat menurun dengan rincian setengah hektar biasanya mencapai 43 karung, tapi saat ini hanya 3 pikul saja. “Padahal sudah saya beri berbagai macam obat tetapi hasilnya masih tetap sedikit,” kata Sarip seraya menambahkan panen tiga bulan sekali membuat ia merugi. “Dari sawah sebanyak 6 bahu yang panen hanya 2 bahu,” katanya.

Keluhan serupa juga disampaikan Teguh, petani di Rejosari. Pria ini menyebutkan padi banyak terserang hama walang sangit karena sekarang ini walang sangit itu musim bertelur. Sehingga berpengaruh pada panen membuat padi sudah tidak berisi.

“Padahal kami sudah menyemprot dengan obat-obatan tetapi tetap saja hasil padi tidak berisi. Karena serangan hama walang sangit sehingga hasil panen berkurang, dari setengah bahu cuma mendapat 15 karung itu juga hasil kotor. Sementara hasil bersihnya hanya 12 karung,” pungkasnya.(14)

Petani Desa Caruban Keluhkan Banjir

0 komentar
SUMBERHARTA–Petani Desa Caruban Kampung III Kecamatan Sumberharta, Kabupaten Musi Rawas (Mura), mengeluhkan banjir yang selalu melanda sawah mereka. Seperti disampaikan Parjan, petani di Desa Caruban, Selasa (16/3).

Ia mengatakan, kalau musim hujan sawah di sini selalu kebanjiran, sebab posisi sawah berada di bawah Sungai Apur. “Seandainya banjir maka airnya meluap hingga ke sawah yang kami garap,” kata Parjan seraya menambahkan, karena Sungai Apur pembuangannya kurang lancar mengakibatkan petani selalu gagal menyemai benih padi hingga terpaksa melakukan beberapa kali penyemaian benih padi.

“Karena sawah sering tergenang air membuat petani sampai putus asa untuk menanam padi. Sebab hasil tanam selalu gagal,” papar Parjan seraya menjelaskan kondisi Sungai Apur sering banjir. Hal ini disebabkan galian sungai kurang dalam.

Ia menyebutkan, petani pernah mengusulkan kepada lurah agar aliran sungai diperbaiki. Tangapan lurah katanya akan diusulkan dan tahun ini segera diperbaiki. “Saya harap pemerintah segera memperbaiki supaya para petani, khususnya di kampung tiga dapat bertani dengan nyaman dan makmur,” katanya.

Sedangkan Dody selaku Lurah Sumberharta mengatakan, memang setiap kali hujan membuat sawah warga RT 03 selalu kebanjiran. Tapi kalau musim kering kekeringan, ini disebabkan posisi sawah dibawah pengairan Sungai Apur. “Kalau banjir air meluap hingga ke sawah warga. Selain itu Sungai Apur posisinya dekat dengan aliran Sungai R. Rejosari, kalau sungai ini bajir juga membanjiri sawah warga RT 03,” jelas Dody.

Dari pengaduan warga, lanjut dia, sudah mengusulkan kepada Dinas PU Pengairan agar diperbaiki. “Mudah-mudahan tahun ini segera diperbaiki, khususnya Sungai Apur kami akan kembali lakukan penggalian agar pengairannya lancar,” jelas Dody.(14)

Ponpes BU Diusulkan Terima Bantuan Ternak Sapi

0 komentar
MUARA BELITI–Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Mura kembali mengusulkan bantuan dana pengembangan ternak sapi. Bantuan ini sendiri merupakan program pemerintah pusat dalam program lembaga mandiri mengakar pada masyarakat.

“Untuk 2010 kami hanya mengajukan Ponpes Pesantren Bahrul Ulum (Ponpes BU) dari Kecamatan Karang Jaya, mendapatkan bantuan dana pengembangan sapi sebesdar Rp 200 juta lebih,” kata Kabid Peternakan pada Disnakan Mura, Suprayitno kepada koran ini di ruang kerjanya, Rabu (17/3).
Dilanjutkan Suprayitno, bantuan dari pemerintah pusat dalam upaya swasembada daging nasional dikucurkan pada program ini pada tahun 2009 lalu ada tiga ponpes di Kabupaten Muraa yang menerima bantuan dana, yaitu Ponpes Al Barokah Desa Petran Jaya, Ponpes Wali Songo Desa F Trikoyo, serta Ponpes Mitahussanah Kecamatan Megang Sakti.

Mengenai tahapan pengajuan usulan bantuan, Suprayitno menjelaskan sebelum mengajukan pengusulan bantuan maka Disnakan melakukan pemeriksaan kelayakan Ponpes untuk diajukan menerima bantuan.

“Kita juga memeriksa kelayakan pesantren seperti lokasi pesantren berdampingan dengan kebun warga atau tidak. Serta lokasi pakan mesti disiapkan serta kandang yang layak,” kata Suprayitno.(11)

Rabu, 17 Maret 2010

Kerugian Ternak Akibat Banjir

0 komentar



Rp 400 Juta Lebih
MUSI RAWAS–Banjir yang melanda lima kecamatan di Kabupaten Musi Rawas (Mura) pada Februari 2010 lalu menimbulkan kerugian bagi peternak. Pasalnya, sarana perikanan (Ramba) juga hanyut terbawa arus air hingga menimbulkan kerugian ratusan juta rupiah.

Dari data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Mura diketahui banjir yang melanda Kecamatan Muara Kelingi, Muara Lakitan, Rawas Ilir, Karang Dapo, dan BTS Ulu telah menghanyutkan 23 ekor sapi, 3 ekor kerbau, dan kambing mencapai 152 ekor. Sedangkan untuk ayam mencapai 1,262 ekor serta itik 238 ekor.
Sementara sarana budidaya keramba mencapai 43 keramba yang hanyut terbawa arus. Dan yang paling banyak kerugian diderita masyarakat Muara Lakitan mencapai 40 keramba hanyut terbawa arus sungai.

“Data yang dihimpun berdasarkan laporan dari masing- masing kecamatan dikalkulasikan kerugian dialami masyarakat mencapai Rp 400 juta lebih,” kata Kadisnakan Kabupaten Mura, Herianto melalui Kabag Peternakan, Prayitno, Senin (15/3).
Prayitno menjelaskan, kerugian ternak paling banyak dialami warga Kecamatan Rawas Ilir dengan jum-lah ternak hilang diantaranya sapi 18 ekor, kerbau 2 ekor, kambing 81 ekor, ayam 636 ekor serta itik 213 dan satu keramba.

Kemudian Kecamatan Muara Kelingi 3 ekor sapi, 1 ekor kerbau, 203 ekor ayam dan 25 ekor itik. Sedangkan Kecamatan Karangdapo kerugian ternak diderita warga terdiri dari 1 ekor sapi, 39 ekor kambing,dan 147 ekor ayam.
Selain itu kerugian diderita masyarakat Kecamatan BTS Ulu terdiri dari 1 ekor sapi, kambing 26 ekor, serta 16 ekor ayam. Untuk Kecamatan Muara Lakitan hanya ternak ayam yang hilang terbawa arus mencapai 215 ekor.

Sedangkan Kabag Perikanan Disnakan Mura, Emi Parita menjelaskan, sarana budidaya ikan keramba yang hanyut terbawa arus banjir menghanyutkan 43 keramba dengan kerugian mencapai 6500 kg.

“Keramba yang hilang paling banyak diderita warga Muara Lakitan di empat desa, yakni Desa Lubuk Pandan 10 keramba, Prabumulih I ada 10 keramba, Sungai Pinang 10 keramba, dan Desa Rengas 10 keramba,” papar Emi.

Dilanjutkan Emi, untuk Kecamatan Karangdapo kerugian dalam bidang perikanan dialami warga Desa Rantau Kadam dengan hanyutnya dua keramba milik warga. Lalu, Kecamatan Rawas Ilir hanya 1 keramba hanyut yakni milik warga Desa Bingin Teluk.(11)

Taman Bunga di Jalan Kalimantan Mubazir

0 komentar





f-Agus/Linggau Pos
TAMAN BUNGA : Taman bunga di Jalan Kalimantan dipasang parabola sehingga terkesan semrawut. Foto diabadikan Senin (15/3).



Wawako: Bangunan Itu akan Dibongkar
LUBUKLINGGAU–Taman bunga lebih kurang 200 meter di Jalan Kalimantan Lubuklinggau cukup memprihatinkan. Betapa tidak! Selain tidak dirawat juga ditempati kandang ayam dan parabola milik pedagang sehingga bangunan itu terkesan mubazir.

Hal ini dikatakan Ketua Serikat Pedagang Kaki Lima (SPKL), Junaidi, yang tinggal di Kelurahan Cereme Taba, kepada wartawan koran ini, Selasa (16/3). “Taman bunga itu dibangun untuk memperindah Kota Lubuklinggau tetapi kini dialihfungsikan oleh beberapa oknum pedagang yang menetap di sana. Silakan cek di Jalan Kalimantan, di situ terlihat pemasangan parabola dan kandang ayam,” kata Junaidi.

Pihaknya minta Pemkot Lubuklinggau khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Pengelolaan Pasar dapat memperhatikan kesemrawutan di Jalan Kalimantan. Setidaknya difungsikan seperti dulu hingga pedagang harus memakai gerobak dan diberikan waktu jam berjualan. “Kalau bisa taman bunga dibongkar dan dibuat trotoar khusus pejalan kaki. Sehingga keindahan dan kebersihan akan terwujud,” katanya.

Untuk pedagang yang tidak mau ditertibkan, sambung Junaidi, tim Pemkot khususnya Sat Pol PP harus bertindak tegas. “Sebaiknya pedagang yang berjualan di Jalan Kalimantan dipindahkan ke Terminal Petanang yang terlihat kosong dan terkesan sepi,” sarannya.

Selain itu, Junaidi menyayangkan ada lembaga lainnya ikut terlibat dalam program penertiban dan pemindahan pedagang di Pasar Inpres Lubuklinggau, sementara permasalahan yang sebenarnya terjadi tidak diketahui. “Kami mendukung kinerja namun alangkah baiknya bekerjasama dengan SPKL atau lembaga lainnya yang benar-benar tahu dan paham masalah pedagang,” katanya.

Lembaga lain yang tidak tahu akan akar masalah pedagang, tambah Junaidi, jangan sampai membuat problem baru. “SPKL berada di tengah-tengah, dalam artian mendukung program Pemkot juga kebijakan itu tidak merugikan pedagang,” imbuhnya, SPKL mendukung penuh program penertiban dan keindahan pusat kota.

Sementara itu, Wakil Walikota, SN Prana Putra Sohe saat dimintai tanggapannya mengucapkan terima kasih atas dukungan masyarakat ikut serta memperindah dan mau tertib berdagang.
“Dukungan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menciptakan keindahan dan ketertiban di pusat kota, khususnya di sekitar Pasar Inpres Lubuklinggau,” ungkap Nanan sapaan SN Prana Putra Sohe.

Mengenai taman bunga di Jalan Kalimantan, lanjut Wawako, sudah masuk program pembangunan 2010. “Taman bunga itu akan dibongkar,” katanya.
Dalam rangka merebut piala Adipura, sambung Nanan, Pemkot akan memperbaiki Jalan Kalimantan dan Jalan Sudirman. “Bulan ini, pelebaran Jalan Sudirman dan Kalimantan serta perbaikan lainnya ditenderkan,” jelasnya.
Untuk pedagang, menurut Nanan, masih diperbolehkan berjualan dengan catatan waktu tertentu saja. “Pedagang malam di Jalan Kalimantan merupakan salah satu wisata kuliner di Kota Lubuklinggau,” pungkas Nanan.(10)

PWI Mura-Linggau Bakal Helat Seminar KDRT

0 komentar

LUBUKLINGGAU–Mei 2010 mendatang, pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau bakal mengadakan seminar sehari “Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan Pengaruhnya Terhadap Psikologis Anak.” Kegiatan ini bekerjasama dengan Medis Group Organizer (MGO) serta Forum Lingkar Pena (FLP).

Sebelum pelaksanaan seminar terlebih dulu diadakan rapat persiapan membahas kegiatan tersebut di ruang pertemuan lantai dua Graha Pena Linggau, Senin (15/3) lalu. Rapat yang dipimpin Ketua PWI Perwakilan Mura dan Lubuklinggau, Solihin, memutuskan sejumlah kesepakatan bersama baik dari MGO maupun FLP dalam pembentukan panitia hingga narasumber pada seminar berskala lokal tersebut.

Solihin menyambut baik kegiatan seminar sehari yang melibatkan MGO serta FLP yang diharapkan dapat menambah wawasan para peserta tentang KDRT, juga dampaknya bagi perkembangan kejiwaan anak-anak. “Kami menyambut baik kegiatan seminar sehari ini, sebab bisa menambah wawasan dari peserta tentang KDRT yang marak di masyarakat. Kami yakin pembicara seminar ini akan memaparkan dampak dari perbuatan KDRT tersebut dengan jelas dan lugas,” kata Solihin menyebutkan, seminar sehari direncanakan berlangsung pertengahan Mei 2010 sesuai dengan keputusan rapat. Pihaknya berharap dengan peran serta PWI mengadakan seminar sehari ini dapat mengajak masyarakat lebih paham akan masalah yang dihadapi dalam sebuah rumah tangga hingga didapatkan solusinya.

Sementara narasumber sudah ditetapkan panitia, hanya saja masih akan dilakukan konfirmasi lebih lanjut dengan narasumber tersebut. Soal tema seminar sehari dalam rapat dihadiri pihak MGO, yaitu Arpa juga FLP diwakili Yenny Elvita dan kawan-kawan, disetujui adalah hentikan kekerasan pada perempuan dan anak demi masa depan bangsa.

Untuk diketahui, panitia pelaksana seminar dalam waktu dekat akan mengadakan rapat pemantapan kembali untuk seterusnya bertemu dengan narasumber guna melakukan konfirmasi, serta persiapan lainnya menjelang hari H.(06)

Masyarakat Desak Peningkatan Infrastruktur Jalan

0 komentar
MUSIRAWAS–Buruknya infrastruktur jalan di beberapdesa di kecamatan Muara Kelingi kabupaten Musi Rawas membuat lambanya peningkatan perekonomian masyarakat desa.
Hal ini seperti yang dialami desa Tugu Sempurna, Marga sakti, Karya Mukti, Vetran Jaya, Beliti Jaya, Karya Sakti karena infrastruktur jalan didesa tersebut saat ini kondisinya memprihatinkan.

Menurut Sukijan salah seorang Warga Desa Marga Sakti mengungkapkan ada sekitar tujuh kilo meter jalan yang saat ini kondisinya sangat parah. Kalau jalan tersebut tidak segera diperbaiki maka kemungkinan akan putus dan tidak bisa dilalui kendaraan lagi.
“Untuk masuk ke desa saat ini sangat susah karena kondisi jalan tanah yang berlumpur,”ujar Sukijan yang juga guru SD desa Marga Sakti.

Dia menambahkan saat ini warga di enam desa bukan hanya kesulitan beraktivitas tapi kedaan desa yang sulit di lalu kendaraan membuat harga kebutuhan pokok di desa semakin melambung karena untuk masuk tidak bisa menggunakan kendaraan roda empat sehingga harus dilakukan dengan cara estapet menggunakan kendaraan rodah dua.

“Untuk mengangkut sembako saja sangat susah harus menggunakan cara estapet dari kendaran roda empat dijemput dengan kendaraan roda dua, hal ini membuat harga kebutuhan pokok menjadi tinggi,” jelasnya
Selain kondiosi infrstruktur jalan juga ada empat jembatan besi yang saat kondisinya juga sangat memprihatinkan. Jembatan tersebut terbuta dari besi yang sudah usang dan kondisinya ssaat ini sudah tidak layak untuk digunakan karena apabila menggunakan kedaraan yang melebihi tonase sangat mengkhawatirkan warga yang menggunakan melitas di atas jembatan tersebut.

Keadaan ini di benarkan oleh warga lainnya Antoko warga desa Tugu Sempurna, menurutnya sebenarnya jalan yang penghubung enam desa tersebut sudah beberapa kali dilakukan perbaikan hanya saja faktanya saat ini kondisi jalan sudah rusak parah.
“Sebelumnya jalan daerah kami sudah beberapa kali diperbaiki, tapi memang ada perusahaan sawit yang mengangkut hasil perkebunan melewati jalan tersebut namun kerusakan jalan ini juga seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah,” katanya

Antoko menambahkan kalau kondisi jalan yang rusak parah saat ini tidak segera diperbaiki maka tidak menutup kemungkinan enam desa yang ada akan terisolir dan kondisi ini tentu akan sangat meyulitkan masyarakat. Sedangkan jalan desa menuju desa mereka yang melewati Dusun pecah kuali yang di bangun pemerintah sama sekali tidak bisa dilalui sehingga masyarakat hanya bisa melewati jalan milik perkebunan PT Lonsum.(11)

Jumat, 12 Maret 2010

Desa Sido Harum Berstatus Terisolir

0 komentar
Jalan Desa Tak Kunjung Ditingkatkan
SUKAKARYA–Warga Dusun Talang Sindang, Desa Sido Harum, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas (Mura), mengeluhkan jalan desa hingga kini belum ditingkatkan. Sehingga status desa menjadi terisolir.
“Jalan menuju desa kami sejak lima tahun ini tidak pernah tersentuh pembangunan masih berupa jalan tanah,” kata Warman (45), warga Desa Sido Harum, kemarin.

Ia menjelaskan, Jalan Sido Harum tembus ke Dusun Suka Rame sejak lama merupakan jalan tanah sulit dilalui kendaraan hingga musim penghujan seperti sekarang menjadi berlumpur. Sehingga menyulitkan warga keluar masuk desa.
Hancurnya jalan desa membuat sulitnya peningkatan perekonomian meski penghasilan warga yang manyoritas berkebun karet, namun harga karet di daerah itu jauh dibawah standar.

“Keadaan ini terjadi karena pengepul menawarkan karet mereka dengan sangat rendah berkisar Rp 6.000 hingga Rp 8.000, dengan alasan pengepul mahalnya ongkos angkut,” papar dia.

Mereka minta peningkatan jalan desa sehingga dapat lebih meningkatkan perekomomian masyarakat serta mempermudah keluar dari desa untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Keluhan senada dikatakan Saiman (37), mempertanyakan tidak ada keinginan pemerintah membangun jalan desa mereka sehingga desa itu masih terisolir.
“Kami warga desa merasa dianaktirikan karena peningkataan pembangunan tidak sampai ke desa kami,” keluh Saiman.

Selain itu fasilitas lain seperti listrik dan sarana air bersih juga belum ada di desa tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Diakuinya, permasalahan jalan ini sudah sering diajukan pemerintah desa untuk ditingkatkan tetapi hingga kini belum direalisasikan pemerintah.(11)

Pemilik Kolam Deras Keluhkan Air Keruh

0 komentar
TUGUMULYO–Pemilik kolam air deras mengeluhkan air kolam mereka menjadi keruh akibat musim hujan yang turun beberapa hari terakhir.
Salah seorang pemilik kolam ikan deras di Desa Tegalrejo, Man mengatakan, kalau musim hujan air kolam deras keruh hingga mengkibatkan nafsu makan ikan miliknya berkurang.

Ia juga mengeluhkan banyak sekali sampah di dalam kolam akibat air yang masuk kedalam kolam. “Kondisi ini juga menimbulkan banyak sampah masuk kedalam kolam. Kalau kita tidak rajin membersihkan kolam maka sampah itu menutupi saluran pengairan sehingga membuat ikan mabuk. Jadi, kita harus lebih banyak membersihkan kolam pada musim hujan ini,” jelas Man.

Ditanya masalah umpan makan, Man mengatakan, untuk memberi makan dengan waktu satu jam sekali agar ikan cepat besar. “Kami memberikan umpan pelet ompet, tetapi kalau musim hujan ikan tidak terlalu rakus makan,” katanya, Kamis (11/3).
Ditanya soal panen, dijelaskan Man, panen ikan bisa dilakukan dengan cepat. “Kami bisa panen sampai dua bulan setengah karena petak kolam kami lumayan banyak. Dengan habis umpan sebulan normalnya sampai 10 ton,”imbuhnya.

Mengenai pembeli, Man mengatakan, untuk langganan di musim hujan tidak seperti biasa agak berkurang. “Karena orang lebih banyak membeli ikan dari sungai yang dijual di pasar,”katanya.
Di lain tempat, Juli, pengelola ikan kolam deras di Desa Widodo kepada wartawan koran ini mengatakan, kalau di musim hujan air kolamnya keruh dan banyak sampah.
“Tapi penghasilan panen kami tetap normal seperti biasa. Hanya di musim hujan kami harus lebih ekstra melakukan perawatan kolam deras agar tidak berpengaruh terhadap ikan,” jelas Juli, kemarin.(14)