TUGUMULYO–Petani di Kecamatan Tugumulyo resah. Pasalnya, informasi yang berkembang pupuk Urea pada April mendatang akan naik 30 persen. Dipastikan hal ini akan berdampak pada tingginya biaya produksi yang akan dikeluarkan.
“Saat musim tanam awal 2010 saja kami kesulitan karena tingginya aktivitas curah hujan, sehingga pupuk yang disebar banyak hilang karena terbawa air hujan,” kata Sutrisno Ketua Kelompok Tani (Koptan) Setia Tani Desa G-1 Mataram, Kamis (18/3).
Dilanjutkannya, harga pupuk Urea saat ini berkisar antara Rp 60 ribu hingga Rp 65 ribu. Kalau naik hingga 30 persen maka hal ini akan mencekik petani, karena petani terpaksa harus menambah dana untuk membeli pupuk.
Selama ini dalam sekali panen untuk satu hektar petani mengeluarkan dana Rp 2,7 juta hingga Rp 3 juta untuk biaya sekali panen. Untuk itu mereka sangat keberatan dengan naiknya pupuk Urea, karena pupuk Urea merupakan pupuk utama yang digunakan petani untuk memelihara tanaman padi.
Ditambahkan Sutrisno, selain itu juga petani hingga saat ini masih mengalami kesulitan untuk mengatur pola tanam serentak karena terkendala air yang tidak lancar. “Akibatnya kelompok mereka tidak dapat melakukan tanam serentak, sebab menunggu pembagian air dari daerah lain. Hal ini berimbas pada serangan hama tikus yang siklusnya tidak dapat putus,”jelasnya.
Untuk itu dia mengimbau pihak Pemkab Mura, agar dapat melakukan pengaturan pembagian air dari saluran irigasi dengan membuat peraturan daerah (Perda) tentang hal tersebut. Sehingga petani dapat terbantu, dan Perda ini juga akan menjadi dasar hukum petugas dalam menindak pengusaha kolam air deras yang nakal, serta merugikan dunia pertanian di daerah tersebut.
Sementara itu Koordinator Forum Komunikasi Petani Kabupaten Mura, Ali Handoko, menyayangkan dengan adanya kenaikan pupuk Urea. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah dapat mempertimbangkan kembali atas kenaikan pupuk Urea tersebut.
“Saat ini saja rata-rata petani di Mura hampir 80 persen menggunakan pupuk Urea, karena dianggap pupuk ini masih terjangkau dengan pendapatan petani,” katanya.
Dilanjutkannya, dengan naiknya harga pupuk tersebut juga berakibat akan berdampak pada hasil produksi karena petani jelas akan mengurangi menggunakan pupuk. Selain itu juga, hal ini patut menjadi perhatian Dinas Pertanian Kabupaten Mura untuk mencari teknologi alternatif pengganti pupuk organik agar petani tidak kesulitan. Dan juga tidak berpengaruh pada produksi padi Kabupaten Mura.(11)
Jumat, 19 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar